Feb 28, 2011

Tentang Kumpulan Puisi Mencintaimu, Pagi, Siang, Malam: apresiasi pembaca


“Mencintaimu pada sepanjang waktu yang berbeda merupakan hal mutlak yang membuktikan kesungguhan, dan mungkin kesetiaan”

Pada bagian prolog buku kumpulan puisi ini, Andrei Aksana mencoba mengangkat pertanyaan filosofis “Mengapa kita selalu harus melalui tiga waktu?”

Bisakah kita menjawabnya?

Andrei Aksana dengan bijak menguraikan argumennya

“Mungkin dengan begitu hidup kita menjadi lengkap.”

“Mungkin kita menjadi manusia yang seimbang sehingga menjadi arif.”

“Mungkin membuat kita menjadi lebih tangguh sekaligus tabah.”

”Membuktikan kita mampu bertahan”

Proses membaca buku kumpulan puisi ini, juga merupakan suatu proses untuk menemukan kearifan hidup di dalam cinta.

Di zaman sekarang ini, mungkin banyak orang yang sudah skeptis dengan kekuatan cinta

Adanya lagu-lagu roman picisan mungkin juga mendegradasi makna dan kedalaman cinta yang sebenarnya.

Namun, melalui buku kumpulan puisi ini

Esensi cinta yang sebenarnya terasa disegarkan kembali

Dikembalikan ke kesejatiannya.

Cinta lebih dari sekedar perasaan...

Cinta adalah kekuatan

Cinta adalah ketangguhan

Cinta adalah kesetiaan

Dan cinta adalah hidup itu sendiri

Tak kan ada hidup, tanda ada cinta.

Tiap bait dalam kumpulan puisi ini, memberikan sensasi yang menyejukkan di kedalaman diri

Kadang saya tersenyum-senyum sendiri membacanya, seakan tiap kata mampu merekam jejak pengalaman pribadi setiap pembacanya.

Terkadang rasa mencelos di dada yang muncul, menyadari bahwa ada keperihan karena cinta yang juga pernah dirasakan

Pada akhirnya lembar demi lembar kumpulan puisi ini, akan membawa kita pada perjalanan cinta sendiri di dalam kehidupan kita.

Di tiap lembarnya, hanya ada bait-bait puisi yang singkat

Namun untuk membaca dan meresapinya dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Awal Februari 2011 buku ini saya beli, bertepatan dengan hari mulai beredarnya buku ini di toko buku. Baru akhir Februari saya selesai membacanya.

Dengan gemelitik penginderaan perasaan yang muncul di kesadaran,

Dengan kilasan pengalaman terdahulu yang terbangkitkan karena kata demi kata di dalam puisi.

Kumpulan puisi ini dapat menjadi oase bagi pembaca yang hidup di kota metropolitan.

Sebab tak bisa dipungkiri, cinta sejatinya adalah sumber hidup, inspirasi dan segalanya...

Mari melepas kepenatan hidup sejenak dengan membaca buku kumpulan puisi ini sekaligus turut menyumbang bagi Yayasan Thalassemia Indonesia.

Dan dalam perjalanan membaca kata demi kata di dalam kumpulan puisi ini, sembari bertanya reflektif ke dalam diri, “Sanggupkan aku mencintai pagi, siang dan malam?”

Feb 25, 2011

Nasihat Pak Tua

Seorang muda bertanya pada Pak Tua, “Saya ingin hidup tanpa penderitaan.”

Pak Tua menjawab, “Kalau begitu jangan membuka matamu.”

Anak muda kembali bertanya, “Saya lelah mendengar berbagai masalah hidup.”

Kata Pak Tua, “Kalau begitu, berhentilah mendengar. Iris saja telingamu, dan berikan pada mereka yang ingin mendengar.”

Anak muda mengerutkan keningnya. Namun ia bertanya lagi, “Saya ingin hidup tanpa pernah putus cinta.”

“Kalau begitu, jahit bibirmu dan berhentilah merayu.”

“Pak, anda baru saja menutup seluruh panca indera yang saya miliki.”

“Masih tersisa hidung, tempat Yang Agung menghembuskan nafasnya. Satu-satunya yang tidak layak kau buang.”

“Tapi saya tidak bisa hidup tanpa empat indera yang lain. Saya ingin tetap hidup. Tapi hidup yang menyenangkan.”

Pak Tua menyalakan sebatang rokok. “Kalau begitu, belajar bersyukur. Yang baik selalu datang dengan sisi yang gelap. Terima saja, buka semua panca indera anugerah Yang Agung. Kau bisa mulai dengan berhenti mengeluh. Buka matamu untuk menolong yang menderita. Beri telinga mu untuk mendengar masalah orang lain, bukan hanya masalahmu. Gunakan mulutmu untuk mencinta, jangan mengutuk.”

“Lalu hidung?” Tanya anak muda. “Harus ku apakan dia?”

“Aku lupa, nak. Mungkin kau harus belajar pada hidup dan menemukannya sendiri. Tolong beritahu aku kalau kau sudah mengerti nanti.”

Feb 22, 2011

Keberanian untuk bertanya.

"Kadang kita terlalu semangat berlari, mengejar jawaban. Melupakan apa sesungguhnya lebih penting: keberanian untuk bertanya."

Feb 20, 2011

1 Perempuan 14 Laki-laki; dari kaca mata pembaca


Menulis cerita pendek, bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi ketika cerita pendek itu dibuat bersama dengan orang lain. Tantangan ini justru disambut baik oleh Djenar Maesa Ayu. Dalam karya sastra terbarunya, ia menulis bersama dengan 14 sahabatnya yang memiliki beraneka ragam profesi dan latar belakang. Sungguh merupakan suatu proses kreatif yang menarik. Setiap kalimat demi kalimat dibuat bergantian dengan sahabatnya. Tanpa plot dan konsep cerita. Semua dibiarkan mengalir mengikuti alur yang ada. Kadang termenung membaca apa yang sudah dituliskan, namun kesetiaan pada proses membuat cerita-cerita tersebut menemukan titiknya.

Lalu, bagaimana dengan para pembaca yang membaca kumpulan cerpen ini ?

Bagi saya pribadi, setiap cerita memiliki cita rasanya masing-masing.

Saya mengagumi proses kreatif yang dilakukan oleh Djenar bersama dengan sahabat-sahabatnya, seperti Butet Kartaredjasa, Indra Herlambang, Lukman Sardi, Romo Mudji Sutrisno, Sujiwo Tejo, Sardono W. Kusumo dan masih banyak lagi.

Setiap cerita mengajak kita untuk mengenal lebih dekat alam pikir dan imajinasi Djenar dan sahabat-sahabatnya. Tak ayal, latar belakang setiap sahabatnya pun kadang menjadi konteks cerita. Misalnya, pada cerpen Ramaraib yang ditulis oleh Djenar bersama dengan penari Sardono W. Kusumo.

Pada beberapa bagian, mungkin terkesan ada unsur vulgar atau erotisme. Namun saya melihatnya sebagai keluwesan dan fleksibilitas penulis terhadap berbagai elemen kehidupan, termasuk seksualitas. Dan bagaimana seksualitas dituangkan dalam deretan kata dan prosa yang menarik, itu yang lebih hebat lagi. Sastra dapat mengapresiasi seksualitas secara berkelas dan inilah yang saya temukan dari kumpulan cerpen ini.

Penasaran dengan isinya? Silahkan membaca dan selamat berkelana di dunia Djenar Maesa Ayu...

Feb 4, 2011

Dengarkan Aku.....

dqxiemhacbnrfqinfxieuqowidsjadfas

fxhqdmwijodncfhyqxiod

dhdexndMARAHjsiacmarahyr4xnbq7ue9indg3hxiq2xj

3duqfu47fycnfhfjwlajeioufjcq47c

cr47cyrhcxquewdfc4iucfhxfwe

fqw47yxxhdwxidi39u85xm3ynfSEDIHchurngtlaercim9a4wu

t4cfSAKITwou34vcrinqwdxcfcqinuxqscwr

q3r874xocrhaa3i;navcxcqyfgxhdwhxaw

4f7q3crnywioerhfvcpwmdismeir

xqict54hufxuc4iuqBENCIv3cowmiednui

cdr2nypmoIMPIANjc4wnoqrx2jdBEBASwiukbtfrycjxodiwnahoiwsh7vh4ignc

rciufhcknsha;4vogevbo8y569vicmowlkfbvkch,nmzxmnr8bpsvp5eirv

ou2cb4PATAHxysn3idoh4nawASAfyd4coxuaw

4c8quam;ow;liev

r4 vnyuobi5v8awm4poiiiiiac,;4owrmzo4r



(E.J.F., 2011)


P.S.:

Maybe, to you, some people tell nonsense.
But, they are trying to tell you something.
Listen carefully, and you may get the message they're trying to tell you.

a h a h a h a

setidaknya mulutku masih bisa menjentikkan namamu
di saat hatiku tidak bisa lagi memangku kisah kasihmu

karena ini terlalu berat dirangkul
terlalu sulit untuk dipeluk tubuhku
saat tangan kananku memegang jari telunjuk tetanggamu





.encho.

Feb 2, 2011

suram

Saya mulai merasa air putih tak setawar dulu

Lidah saya mengindikasikan rasa pahit padanya

Kedua bola mata saya menggambarkan sesuatu yang tak jelas

Langkah kedua kaki menyelaraskan pandangan, goyah

Dalam mimpi, saya membagikan bunga kepada teman-teman

Ketika terbangun, malam tak biasanya menjadi sepi

Bulan dan bintang tertutup pekat, angin menusuk kulit

Hanya lampu merias jalan

Surat kabar menceritakan

Jalan baru bernama tikus menjadi flamboyan bagi penggerutu jalan

Media sosial mengicaukan hal yang sama

Manusia menjadi terlalu egois dengan selalu berpikir dirinya yang paling benar

Tayangan televisi terakhir mengabarkan

Bapak Presiden marah dengan inisiatif rakyatnya yang ingin membantu menambah penghasilannya

Pasukan musafir bertindak anarkis membawa nama Tuhan

Bapak-bapak berpangkat duduk enak mengatur bonekanya

Saya mulai tidak merasakan apa-apa

Dan hanya berpikir bahwa semua

Yang diciptakan diatur untuk berpisah

Diciptakan dalam tawa, dinikmati dalam kenang, ditinggal dalam tangis

Tegarnya, saya harus melihat diri saya sendiri

Dalam peti kayu berukir dimana saya didalamnya sendiri

Tak bergerak bersama benda-benda kesayangan

Kesepian memakai jas sendirian dan kedinginan

Saya sedih

: (

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...