Sekali lagi lagu ini terngiang di kepala saya. Kali ini saya
tidak sedang berdiskusi atau mengobrol dengan klien. Tidak juga sedang sekedar
berbincang dengan teman. Sebaliknya, saya sedang duduk di kamar saya, sendiri.
Sekali lagi pula lagu ini mengingatkan saya akan isu kepercayaan
kepada Tuhan, seperti tulisan saya sebelumnya. Dengan Tuhan yang dipercayai
ada, masih banyak masalah yang membuat manusia tidak bisa bersama. Hanya karena
cara mencapai Tuhan yang berbeda.
Bukan, bukan agama yang saya maksudkan. Cara mencapai Tuhan
tidak harus dengan agama. Bahkan agama yang sama saja seringkali menempatkan
dua orang manusia di jalan yang berbeda. Oleh karena itu, di sini saya melihat
cara orang mencapai Tuhannya, bukan agamanya.
Saya pernah mengalami sendiri berhubungan dengan orang yang
berbeda agama. Kami sama-sama percaya Tuhan itu ada, namun dengan cara mencapai
Tuhan yang berbeda. Dengan pegangan dan jalan yang berbeda menuju Tuhan, banyak
hal yang terpengaruh dan semakin menunjukkan bahwa kami tidak sejalan.
Saya juga pernah mengalami sendiri berhubungan dengan orang
yang memiliki agama yang sama dengan saya. Namun agama yang sama pun tidak
berarti memiliki jalan yang sama untuk mencapai Tuhan. Saya berjalan di koridor
yang santai, perlahan, dan cenderung konservatif. Sedangkan ia berjalan di
koridor yang lebih menggebu, lebih berenergi, lebih modern. Tidak, saya bukan
mengatakan salah satu dari koridor itu lebih baik dari koridor yang satu.
Banyak jalan menuju Roma, bukan? Namun tetap saja, kami berjalan di koridor
yang berbeda, dan tidak ada yang mau mengikuti yang lain, untuk berjalan
bersama.
Kemudian saya teringat perkataan seorang teman. Kami pernah
membahas penting tidaknya mencari pasangan hidup yang seagama. Argumen saya,
pasangan hidup haruslah seagama, karena jika tidak, banyak hal yang akan
menjadi hambatan. Salah satu contohnya adalah pernikahan, apalagi di negara
ini.
Namun argumen teman tersebut juga membuat saya kembali
berpikir. Pertanyaan dan perkataannya menyentil saya. Lalu kenapa kalau tidak
seagama? Memangnya dalam mencari pasangan hidup, kamu mencari cinta atau agama?
Kamu mencari pasangan yang dapat mengerti kamu dan mau berkembang bersama kamu,
atau mencari orang yang berjalan bersama di koridor untuk mencapai Tuhan?
Karena agama adalah masalah personal. Antara diri kita pribadi dengan Tuhan.
Lalu saya hanya diam, tidak bisa menjawab. Saya tersenyum
kecil, dan tetap tidak bisa menjawab. Hingga saat ini. Atau mungkinkah memang pertanyaan
tersebut tidak dimaksudkan untuk dijawab? Kembali, saya tersenyum.
No comments:
Post a Comment