Malam kelam.
Pendar-pendar lampu bersinar di kejauhan.
Terasa tak ada yang tersisa.
Cinta menembus kekasat mataan
Melampaui hingar bingar
Melampaui batasan-batasan
Melampaui dimensi waktu
Dan menarilah aku dalam ketakkasatan mata
Tubuhku diam terpekur, tapi jiwaku menari bersamamu.
Melompat dari satu spektrum warna ke spektrum berikutnya
Mengapa melompat?
Karena dalam kebebasan gravitasi aku mencintamu yang tak dipahami oleh orang lain
Bebas tanpa hukum-hukum postulat
Alami, riang dan ringan
Mengada, menggenggam, tanpa apa-apa
Hanya aku, diriku yang ingin bersamamu
Meski hanya dalam lompatan,
Meski hanya sekejap, sejentik, sedetik...
Keberartianmu nyata
Dan aku lebur tak kasat mata
Sebab tak ada yang pernah menghakimi angin
Untuk terlalu mencintai pohon kokoh berulir
Tak akan ada yang pernah tahu
Betapa angin selalu memeluk erat pohon kokoh berulir
Mereka hanya melihat dedaunan pohon sedikit bergerak ke kanan dan kiri.
Dan malam-malam kita bercengkrama dengan bebas
No comments:
Post a Comment