Jl. Kemang Raya 72E
Visualisasi sungai dalam kehidupan urban people dan sawah surganya SiMbok
'Kaga Ada Matinye' dan ruang pamer produk Omah SiMbok, Onion, d
Sekitar empat hari yang lalu, saya menghadiri acara soft opening Kemang Raya 72E, tempat yang biasa saya sebut Omah SiMbok kini resmi diperkenalkan kepada masyarakat. Berdasarkan undangan yang saya terima lewat email, acara akan diisi dengan pembukaan fashion store yang memamerkan karya Onion dan gantibaju.com, workshop "Archetypal Brand Identity Workshop For Starting Up Business", dan perayaan kecil bersama Mie Ayam Bang Joni, dan tongseng kambing setelah itu.
Walau kemacetan bagai banjir yang menghadang dan langit mendung menggelayut di atas kota Jakarta, saya tetap datang karena penasaran dengan konsep "Longing For Paradise" yang menjadi tema soft opening Omah SiMbok malam itu. Setibanya saya di depan ruko bertuliskan "Jl. Kemang Raya 72E", saya tertegun sejenak. Kenapa tiba-tiba ada sawah di tengah kehidupan sosialita Kemang? Dan kenapa pula TV di bagian depan ruangan malah menghadap ke luar jendela dan memutar video air terjun?
Ternyata semua kebingungan saya adalah bagian dari konsep 'Urban and Longing for Paradise' yang diusung oleh Omah SiMbok. "Setelah hutan ditebang, muncullah dunia industrial, kicau burung dan airpun hanya dalam ilusi video saja.. tetapi masih ada sedikit sawah dan Omah SiMbok untuk menjaga keharmonisan.. keseimbangan.." Begitu kata Mbak Nani Yugo, salah seorang lay designer Omah SiMbok. Bagi saya, tempat ini merupakan oase di tengah gurun kemacetan Jakarta.
Ruko tiga lantai yang sejak berbulan-bulan yang lalu dicurigai sebagai 'markas gerilya', hari itu disulap menjadi sebuah fashion store yang dipadukan dengan karya seni Awan Simatupang, seorang pematung yang sejak lama melahirkan patung-patung bernilai seni from his loving hands. Salah satu karya seni yang ditampilkan berjudul 'Kaga Ada Matinye' turut menjadi andalan di dalam ruangan pamer toko (dapat dilihat di sini). Kenapa namanya 'Kaga Ada Matinye'? Karena mau dipukul berapa kali pun patung ini tetap dapat berdiri tegak dan tidak jatuh. Terbukti dari semua sisi patung yang sudah ada bekas tonjok dan tendangan, namun ia masih tetap kokoh berdiri. Dan bagi saya pribadi, patung ini menggambarkan mimpi umat manusia sebagai pemicu semangat kehidupan, yang sehar
usnya 'Kaga Ada Matinye'.
'Slentong' atau slendang kantong hasil karya Mbak Nani Yugo, kaos-kaos hasil karya desainer muda Indonesia yang memenangkan kompetisi gantibaju.com, dan kain-kain tenun serta batik turut dipamerkan dan mengundang mata untuk melirik sejenak. Fashion store ini sungguh menggambarkan 'Indonesia' dengan segala idealisme meluap-luap dari anak muda, berpadu dengan ketenangan si Mbok dalam menggoreskan karya dan memadukan warna pada proses membatik, serta kehangatan tangan si Mbok ketika menenun.
Salah seorang idola saya sejak kelas 6 SD ikut mampir ke acara ini dan membeli sebuah kaos Bung Karno hasil produksi gantibaju.com. Jantung saya berdebar-debar dan mulut saya menganga lebar ketika seorang Dennis Adhiswara bergabung dengan kami dalam acara tersebut. Jujur saja, saya mengidolakan dia sejak ia muncul sebagai Mamet dalam kisah Ada Apa Dengan Cinta, sembilan tahun silam. :)
'Slentong' atau slendang kantong hasil karya Mbak Nani Yugo, kaos-kaos hasil karya desainer muda Indonesia yang memenangkan kompetisi gantibaju.com, dan kain-kain tenun serta batik turut dipamerkan dan mengundang mata untuk melirik sejenak. Fashion store ini sungguh menggambarkan 'Indonesia' dengan segala idealisme meluap-luap dari anak muda, berpadu dengan ketenangan si Mbok dalam menggoreskan karya dan memadukan warna pada proses membatik, serta kehangatan tangan si Mbok ketika menenun.
Salah seorang idola saya sejak kelas 6 SD ikut mampir ke acara ini dan membeli sebuah kaos Bung Karno hasil produksi gantibaju.com. Jantung saya berdebar-debar dan mulut saya menganga lebar ketika seorang Dennis Adhiswara bergabung dengan kami dalam acara tersebut. Jujur saja, saya mengidolakan dia sejak ia muncul sebagai Mamet dalam kisah Ada Apa Dengan Cinta, sembilan tahun silam. :)
Dennis Adhiswara di fashion store gantibaju.com di FX
Malam semakin larut, ketika saya menutup hari dengan sepiring tongseng kambing dan semangkuk mie ayam sambil duduk di beranda toko. Idealisme dari toko ini sungguh membuat saya tidak ingin pulang, karena suasana yang begitu nyaman seperti rumah sendiri. Saya yang tadinya harus pulang pukul 8 malam, akhirnya memutuskan untuk menginap di rumah teman saya dan menghabiskan waktu hingga larut malam disana.
Terima kasih Mas Eric yang telah memperkenalkan tempat ini kepada saya. :)
Penasaran dengan 'Kaga Ada Matinye', 'Slentong', dan kaos Bung Karno yang dibeli Dennis Adhiswara? Mari mampir! :)
No comments:
Post a Comment