Bunga-bunga mekar, layu seturut waktu
Pengagum diam sesaat, kemudian berlalu
Mengejar apa yang ia kira perlu
Lupa pada waktu
Pada kuntum yang senyumnya membeku
Bunga perlahan layu
Kelopak lemas terjatuh
Takluk pada musim yang menunggu
Pada suramnya gugur yang menuntut
Pengagum kembali, pegang apa yang ia mau
Kemudian diam kesal dan termangu
Bunga tiada, hatinya membiru
Mengumpat si tukang kebun yang sungguh siaga selalu
Kerjanya dinilai tak bermutu
Padahal ia terlalu terburu-buru
Tak sempat congaknya menunduk,
Memandang lurus
pada kelopak kecoklatan yang terinjak sol sepatu
4 comments:
Tidak butuh waktu lama untuk tertampar oleh puisi ini. Terima kasih ya, Gita! =')
Gw selalu takjub, terpana dan kagum dalam permainan kata-kata lu Git...Hebat!
menurut tafsir kalian, puisi ini tentang apa?
dosen gue git.. hahahha
Post a Comment