Dari setitik cairan bergumpal menjadi sebentuk kehidupan
Tertanam erat di dasar kehidupan yang tak terjamah mata
manusia
Namun kehadirannya dirasakan Ibu
Dari seukuran biji kacang hijau hingga mata, kaki dan hidung
sempurna terbentuk
Ibu merasakan derap-derap pertumbuhkembangannya
Seorang individu yang sedang tumbuh di dalam individu
Realitas satu tubuh kian terasa sebagai dua pribadi di satu
tubuh
Hingga genap sembilan bulan sepuluh hari
Ketika tubuh mungil harus meninggalkan tubuh ibunya
Ibu merasa ada dirinya berada di dalam diri tubuh mungil
Jika tubuh mungil sakit, ibu pun ikut sakit
Seulas senyum di wajah polosnya membuat ibu berseri bukan
kepalang
Demi tapak-tapak mungil itu mampu memijak bumi dengan kokoh
Demi tangan-tangan mungil mengatup erat pada dirinya sendiri
Demi senyum mungil yang bagi ibu bagai jutaan listrik
megawatt
Hari ini untuk esok
Kemarin untuk esok
Tapi lebih penting lagi ibu meng-ada bersama tubuh mungil
Perpanjangan dirinya yang kian beranjak besar
Ada garis hidup yang ingin Ia wariskan pada celoteh dan alam
pikirnya
Ada pengalaman-pengalaman pedih yang tak ingin sang mungil
mencecapnya
Namun atas nama pelajaran kedewasaan,
Hal-hal menyakitkan pun tak terhindarkan
Sebab metamorfosis adalah sebuah kepastian hidup
Dan tubuh mungil mengalami metamorfosisnya sendiri
Bersama ibu di sampingnya namun juga seakan ada di dalam
dirinya
Kadang tangan ibu ingin merengkuh tubuh mungil yang sedang
kesakitan
Tapi bahkan ia sendiri pun menyadari tak mampu ia melawan
garis Sang Pencipta
Manakala Yesus terjatuh berkali-kali saat memanggul salib,
Di saat itu Bunda Maria menangis penuh luka.
Tak mampu berbuat apa-apa bagi buah hatinya.
Teringat ia saat tapak-tapak mungil-Nya masih berlatih
memijak,
Belum sampai Ia jatuh, Bunda sudah menangkap,
Memeluk dan menggendongnya penuh cinta.
...
Kini atas nama penebusan, ia biarkan Sang Anak menjalani
metamorfosisnya sendiri.
Di dalam kesakitan dan penderitaan ibu menyatu bersama
anaknya
Mengingatkannya pada saat dahulu ibu meregang nyawa ketika
persalinan, sang anak juga bertekun bersamanya.
Seringkali ibu muncul di saat anaknya susah, di saat genting
hidup anaknya.
Sebab baginya, di saat anaknya menderita, di saat itu pula
Ibu menderita.
Di saat ia menemani anaknya, di saat itu pula ia menemani
dirinya sendiri
Yang sedang belajar mencinta dan memahami dirinya,
Sekali lagi,
Dalam wujud diri belia.
No comments:
Post a Comment