LIMA DETIK.
Andai saat itu aku diberi sedikit waktu.
Cukup sedikit, barang sepuluh detik.
Tidak, bahkan cukup lima detik!
Untuk menjaga kewarasanku, untuk mencegah si sehat pergi dari akalku.
Sayang, lima detik nyatanya terlalu berharga untuk kumiliki saat itu.
Andai aku diberi lima detik, mungkin aku tak perlu mendekam dalam sel terkutuk ini selama lima tahun.
Sel yang busuk luar-dalam, atas-bawah, kiri-kanan.
Dengan kecoa busuk, para tahanan bejat, juga para penjaga lapas bangsat!
Lima tahun sudah aku mengutuki lima detik yang tak pernah kumiliki itu.
Lima detik yang seharusnya kupakai untuk menahan semua hasrat dengki dan letusan kemarahan.
Bukan justru menghabisi Yati dan Dhani, istri beserta sahabatku sendiri, yang tertangkap basah sedang tidur di kamar rumahku.
Pukul 1 siang.
Tak lama setelah jam makan siang, aku melangkahkan kaki keluar dari tempat terkutuk ini.
Udara bebas, katanya. Yang bagiku nyatanya tak sebegitu bebasnya.
Siapa aku, yang telah kehilangan lima tahun terakhir dari dunia ini?
Lembaga pemasyarakatan katanya? Rasanya aku semakin dijauhkan dari masyarakat.
Harta? Habis untuk mengurus pengadilan sialan itu.
Keluarga? Tak ada lagi yang menganggap aku keluarga setelah aib yang menggegerkan kampung itu.
Tak apalah, usiaku masih belum terlalu tua untuk memulai kehidupan baru, di tempat baru.
Setidaknya kali ini aku memiliki ribuan bahkan jutaan detik, yang bisa kugunakan sebaik mungkin.
Karena aku selalu percaya, lima detik saja sebenarnya cukup untuk membuat orang menggunakan akal sehatnya.
Namun rupanya itu tak berlaku bagi semua orang.
Herman, kakak Yati, sudah menungguku tak jauh dari gerbang lapas.
Tanpa basa-basi ia menghujamkan pisau tajamnya ke tubuhku belasan kali.
Bajuku bak kanvas merah dibuatnya.
Melihatku terkapar meregang nyawa, ia lari.
Lima detik ternyata tak cukup untuk Herman menggunakan akal sehatnya.
Bahkan lima tahun! Masih tak cukup.
Di penghujung nafas, aku bersyukur siang itu tidak hujan.
Terkapar meregang nyawa, aku masih bisa melihat biru langit untuk terakhir kalinya.
Tak lama, hanya lima detik.
Sebelum mataku tertutup selamanya.
Hanya lima detik.
Yang akhirnya kumiliki.
Jakarta, 22 November 2010
Okki Sutanto.
Nov 22, 2010
Nov 16, 2010
Kalau kamu meninggal 6 bulan kemudian
Kalau kamu meninggal 6 bulan kemudian |
apa yang kamu lakukan kalau kamu mati enam bulan kedepan?
entah tidak percaya..
melangkah gontai..
menyumpahi dengan sumah serapah membawa semua binatang di kebun binatang dan selokan
terduduk menyender di dinding
bertanya siapa kamu berkata demikian?
apakah saya sudah layak mati?
dimana Tuhan?
kenapa saya?
apa salah saya?
bagaimana saya terpilih?
tidak orang lain saja?
yang katanya penjahat, koruptor, maling ayam atau mantan pacarku yang tukang selingkuh itu?
apa dengan demikian saya telah menyelamatkan sahabat saya yang sering bersungut sungut mau mati tiap kali selesai ujian, diputusin pacar, gak punya uang, kena macet dijalan, dimarahi ibunya tiap kali salah memilih pacar?
saya harus apa?
menunggu sampai saat itu tiba..
berusaha untuk tidak mati?
bagaimana kalo saya pasti mati?
iya semua orang pasti mati
pada akhirnya tapi tidak dalam 6 bulan ini
coba diulang kenapa saya pasti mati?
iya kamu tidak akan bertahan lama. kamu mengidap penyakit yang telah mencapai stadium akut.
stadium akut? saya gak pernah ke sana.. sumpah. kalo tempat lain sejenis mungkin :P
ah kamu bisa saja bercanda. kamu mengerti kan maksud saya.
iya
...
...
...
kamu di mana?
iya kamu..
list nomor satu di phonebook ku
no 1 di speed dial ku...
tut.. tut... tut..
No yang anda tuju sedang sibuk cobalah beberapa menit lagi...
The number you dialing is out of our coverage are. Please try again later...
SH**T ...
F**CK...
Miss you...
Love you...
Prak....
Dan cellphone itu pun dilempar..
Pecah berantakan dilantai rumah sakit...
Tertunduk lesu pemiliknya...
Tak satupun orang di sekeliling memperhatikan..
Semuanya diam
Sunyi
Sepi
Mencekap
Dan bulir-bulir air mata bercucuran keluar dari mata yang tertutup pelan..
Sebuah tangisan dari dalam hati
"Kamu gak apa apa kan?"
seorang pria datang menghampiri
dia yang ditunggu-tunggu selama ini..
Nov 11, 2010
Have you meet MEGAMIND yet?
Bad. Blue. Brilliant.
Pada awalnya, gw dengan happy nya menunjuk2 poster dan stand (apaan sih itu namanya? yang gede banget di Semanggi itu loh, di deket Centro) yang nmenampilkan film terbarunya Dreamworks, Megamind.
Sekarang setelah gw pikir2 lagi, macam norak bgt waktu itu gw yah.. zzz....
Tapi sebenernya gw senorak itu karena ada alasannya saudara-saudari (alibi mode: ON). Temen gw, yang kebetulan mengagumi seseorang, menjuluki si manis (hoek) itu sebagai "biru". Maka waktu gw melihat tag line nya film animasi garapan Tom McGrath itu nongkrong dengan manisnya di Semanggi, gw langsung nabok2 temen gw (untung nggak ditabok balik) dan bilang, "ITU LOH DIA." karena entah kenapa BAD, BLUE and BRILLIANT itu cocok amat sangat sekali ke si "biru".
Singkat cerita, tanpa perlu perjuangan panjang akirnya gw bisa menarik seseorang untuk menonton film itu di (lagi-lagi) Semanggi. Mau gimana lagi, ini semua demi asas efisiensi dan dalam nama penghematan.. ahahahahhaa...
Film ini bercerita tentang si polos Megamind (Will Ferrel) yang berusaha memperoleh suatu eksistensi diantara teman-temannya. Tapi ternyata keberadaannya selalu tersaingi oleh The Super Power Metroman (Brad Pitt), yang ujung2nya membuat little Megamind menjadi terkucil, the freak and the nerd, yang nggak pernah punya temen meskipun yang diinginkannya hanyalah bisa bersosialisasi dengan teman-temannya.
Film ini mempesona gw dari AWAL hingga AKHIR nya. Kalo bisa rate, gw akan kasih 5/5 untuk film ini, yang seinget gw, terakhir kali gw kasih buat Lord of The Rings: The Two Towers. Film ini membuat gw tertawa terus-terusan, berkata "awww..." "cieee..." dan "eaaaa..." sepanjang film. Didukung dengan crowd yang menyenangkan hari itu di 21 Plaza Semanggi (iya, gw bangga nyebut2 terus.. nggak apa2 khaan... ahahahaha...), jadilah hari itu gw menikmati Megamind dengan amat sangat luar biasa.
Film ini banyak membawa quote2 sederhana yang pada akhirnya membuat gw mikir juga sih setelah menontonnya. Tapi sepanjang film, harus gw akuin gw nggak menguap sekalipun! Konsep yang ditawarkan film ini sebenarnya sederhana, tetapi kuat dalam penyajiannya dan fun dalam penyampaiannya. (Sumpah, ini kalo yang namanya Sugiya Aming (asisten dosen mata kuliah Penulisan Ilmiah) baca tulisan gw, gw bakal dibabat abis untuk semua kalimat kurang cerdas dan pengulangan2 nya.. :P :P
film yang membuat gw tertawa terbahak-bahak, dengan lelucon-lelucon konyol yang nggak maksa dan garing, lucu apa adanya saja dan membuat kita mau nggak mau pasti tertawa. Film yang dalam 3 menit berhasil membuat gw jatuh cinta dan sayang sama Megamind, dan pada akhirnya gw meninggalkan studio 1 dengan keyakinan bahwa hal-hal serupa mungkin saja terjadi di sekeliling kita. Film ini juga berhasil, istilahnya nih, menyatukan orang selama kurang lebih 90 menit. Karena selama 90 menit itu, kita yang tidak kenal satu sama lain bisa saling tertawa, menoleh ke arah masing-masing dan tertawa lagi, melihat ke arah layar, tertawa, melihat ke satu sama lain, lalu tertawa lagi (sampe bego deh begitu terus.. ahahaha.. :P ). Film yang punya kekuatan untuk bisa mendekatkan orang seperti itu, menurut gw adalah film yang punya nilai tambah besar.
Kesimpulannya, cepat-cepatlah kalian wahai teman-temanku di luar sana, bergegas dan rasakan sendiri bagaimana Megamind akan menyihir kalian dalam tawa yang renyah dan menarik kalian pada dunianya yang penuh dengan kekonyolan, rasa cinta, pemikiran dan kerendahan hati.
Go watch it and enjoy!
Rated 5/5
Nov 3, 2010
The Social Network: and 22,138,690 Others Like This
sobekan tiket bioskop tertanggal 13 Oktober 2010 adalah The Social Network. seingat gue, pertama kali trailer film ini muncul sekitar dua bulan lalu, didengung-dengungkan sebagai film tentang proses pembuatan Facebook dan berpusat pada karakter Mark Zuckerberg yang diperankan oleh Jesse Eisenberg. film ini diadaptasi dari buku non-fiksi, The Accidental Billionaries karya Ben Mezric oleh penulis naskah Aaron Sorkin. sementara kursi sutradara diduduki oleh David Fincher, yang sudah kita kenal lewat Se7en, Fight Club, Panic Room, Zodiac, dan yang terbaru, The Curious Case of Benjamin Button.
pada musim gugur 2003, mahasiswa Harvard yang berusia 19 tahun Mark Zuckerberg yang dalam keadaan mabuk dan marah karena berselisih dengan pacarnya, membuat suatu situs jejaring sosial baru. apa yang ia mulai di kamar asramanya, dalam waktu sekejap telah menjadi revolusi baru di dunia komunikasi dan jejaring sosial. ketika situs barunya dipakai oleh sekitar satu juta pengguna hanya dalam waktu beberapa bulan, Mark harus menghadapi harga yang mahal yang harus dibayar oleh kesuksesannya.
kenapa mesti Facebook? mungkin pertanyaan ini pernah muncul di pikiran sebagian orang. menurut gue, mungkin karena akhir-akhir ini pengaruh situs jejaring sosial terbesar ini yang paling kuat pengaruhnya sampai ke dunia nyata. coba ingat-ingat, berapa banyak berita yang anda dengar, lihat, atau baca tentang pasangan yang bertengkar gara-gara salah satu pasangan mengganti status Facebooknya menjadi single, atau tiba-tiba me-remove friend, atau ada yang berurusan dengan pihak institusi tertentu dan bahkan kepolisian gara-gara menulis status Facebook yang nyeleneh. itu adalah kisah-kisah yang dialami oleh para pengguna Facebook. nah bagaimana dengan kisah yang dialami oleh si penemu Facebook itu sendiri? seberapa jauh efeknya pada kehidupan nyata seorang Mark Zuckerberg, dan bagaimana dinamika kehidupannya dari titik pertama kali ia mem-publish www.thefacebook.com sampai namanya menjadi hanya www.facebook.com akibat pengaruh dari Sean Parker, seorang penemu Napster (yang, amazingly, diperankan dengan baik oleh Justin Timberlake).
pada musim gugur 2003, mahasiswa Harvard yang berusia 19 tahun Mark Zuckerberg yang dalam keadaan mabuk dan marah karena berselisih dengan pacarnya, membuat suatu situs jejaring sosial baru. apa yang ia mulai di kamar asramanya, dalam waktu sekejap telah menjadi revolusi baru di dunia komunikasi dan jejaring sosial. ketika situs barunya dipakai oleh sekitar satu juta pengguna hanya dalam waktu beberapa bulan, Mark harus menghadapi harga yang mahal yang harus dibayar oleh kesuksesannya.
kenapa mesti Facebook? mungkin pertanyaan ini pernah muncul di pikiran sebagian orang. menurut gue, mungkin karena akhir-akhir ini pengaruh situs jejaring sosial terbesar ini yang paling kuat pengaruhnya sampai ke dunia nyata. coba ingat-ingat, berapa banyak berita yang anda dengar, lihat, atau baca tentang pasangan yang bertengkar gara-gara salah satu pasangan mengganti status Facebooknya menjadi single, atau tiba-tiba me-remove friend, atau ada yang berurusan dengan pihak institusi tertentu dan bahkan kepolisian gara-gara menulis status Facebook yang nyeleneh. itu adalah kisah-kisah yang dialami oleh para pengguna Facebook. nah bagaimana dengan kisah yang dialami oleh si penemu Facebook itu sendiri? seberapa jauh efeknya pada kehidupan nyata seorang Mark Zuckerberg, dan bagaimana dinamika kehidupannya dari titik pertama kali ia mem-publish www.thefacebook.com sampai namanya menjadi hanya www.facebook.com akibat pengaruh dari Sean Parker, seorang penemu Napster (yang, amazingly, diperankan dengan baik oleh Justin Timberlake).
Subscribe to:
Posts (Atom)