Mar 30, 2011

Dia Jawab Telepon-ku

Antara bodoh dan bijak, ya aku mengijinkan dia...

Satu minggu sudah, waktu telah berjalanan...
Tidak satu-pun panggilan ku dia jawab..
Oh iya.. satu minggu katanya...waktu telah berjalan...

Dua kali aku panggil kemarin, tiga kali aku panggil hari ini...Besok?

Akhirnya dia pun menjawab, katanya, "haloo..."
Aku senang...
Saat aku bisikan kata-kata melalui gagang telpon, aku terbangun..

Ah tidak! Jawaban dia hanya mimpi ku di malam hari karena aku sangat kangen dia.
Saatnya aku menunggu lagi...
Mungkin besok..ya aku harap demikian


Mar 27, 2011

Saat Hati Anda Tidak Dapat Tersenyum

[sumber : http://monsieursb.wordpress.com/2011/03/26/when-your-heart-cant-smile-2/]

Saya beberapa hari ini mencermati FB dengan semua “curhatan isi hati” para manusianya di sana. Saya melihat ada beberapa dari teman saya yang saat ini ternyata sedang melalui masa-masa sulit. Bahkan mungkin dapat dibilang saya termasuk salah satu dari mereka.

Kebetulan sekali saya baru saja mengalami sebuah peristiwa yang mengecewakan dan menyedihkan. Tapi terus terang saya merasa bahwa saya melalui masa “kelam” ini dengan cukup baik, kalau tidak bisa dikatakan sangat baik. Bahkan salah satu teman saya di sini sampai merasa heran kenapa saya bisa mengatasi masalah tersebut dengan begitu tenang dan terlihat seperti tidak terjadi apa-apa. Saya masih menjalani hari-hari saya seperti saya menjalani hari-hari lainnya.

Sebelum saya menjelaskan kenapa saya bisa menghadapi kondisi tersebut dengan baik, saya akan sedikit menjelaskan sedikit tentang psikologis manusia.
Dalam diri manusia terdapat 3 elemen utama yang berpengaruh besar dalam kehidupan kita sehari-hari. 3 elemen tersebut adalah P E T :
Pikiran (mind), Emosi (emotion), dan Tubuh (body). Ketiga elemen ini saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain.


Ketika emosi kita mengalami perubahan, dua elemen lainnya ikut berubah. Demikian juga seandainya pikiran atau tubuh kita mengalami perubahan, maka dua elemen lainnya ikut terpengaruh.

Contohnya apabila kita sedang sedih, kita merasakan tubuh kita tidak bertenaga, tidak bersemangat, bahkan tidak jarang kita merasa sakit kepala atau sakit maag. Selain itu juga, pikiran kita selalu berpikir ke arah yang cenderung negatif. Pikiran yang “mendukung” dan terus “memberi tenaga” buat kesedihan kita.


Seandainya kita sedang gembira (bayangkan teman-teman pada hari pertama pacaran, hari pertama dilamar atau melamar, pernikahan, menerima gaji dan bonus pertama, ujian sangat bagus, dll), tubuh kita seakan-akan punya tenaga yang tidak terbatas, tidak mudah berasa capek. Kemudian pikiran kita cenderung positif dan optimis.

Kemudian apabila pikiran kita yang mengalami perubahan. Misal kita sedang dalam ujian sekolah atau menghadapi masalah berat. Kita merasa buntu, susah menemukan jawaban atau jalan keluar. Pikiran kita lelah dan frustasi, maka tanpa terasa mood kita berubah. Tanpa sadar, raut muka kita akan berubah cemberut.

Apabila tubuh kita yang mengalami perubahan, hal yang sama terjadi. Contoh sederhana adalah saat wanita datang bulan. Perubahan dalam hormon. Emosi jadi labil. Kemudian pikiran juga terpengaruh sekali dengan perubahan emosi itu. Atau saat kita sedang sakit. Sakit flu atau migrain, maka mood kita dan pikiran kita sangat terganggu.

Berdasarkan contoh di atas, teman-teman bisa melihat betapa eratnya hubungan PET ini. Ketika kita bisa menyadari saling keterkaitan PET, kita mulai bisa pelan-pelan menyadari dan mencoba lebih peka dengan hal yang terjadi dalam diri teman-teman. Karena ketika teman-teman bisa menyadari bahwa salah satu elemen tersebut berubah (terutama ke arah yang negatif)teman-teman bisa mengambil langkah pencegahan dan berusaha mengontrol elemen yang lain.

Pengetahuan tentang hubungan PET ini banyak digunakan dalam keberhasilan di banyak bidang. Contoh paling sederhana adalah bidang pelajaran. Dalam sebuah teori Quantum Learning, hubungan PET ini sangat diperhatikan. Oleh karena itu mereka selalu menyarankan agar kita memilih posisi tubuh yang mendukung saat kita belajar (atau bekerja). Jika kita belajar tapi dalam kondisi menyender atau tiduran, maka tubuh kita mengirim “pesan” ke otak (pikiran) bahwa ini adalah saat istirahat! Oleh karena itu tanpa disadari tiba-tiba kita bisa merasa mengantuk. Ketika kita mengantuk mood langsung berubah dan kita kehilangan minat untuk belajar. Itulah sebabnya mengapa di antara kita banyak yang mengantuk saat kita belajar. Mungkin kita perlu perbaiki sikap tubuh kita saat belajar atau bekerja.


Dengan pengetahuan inilah saya dapat melalui kondisi buruk saya dengan lebih baik. Karena saya berusaha dengan sekuat tenaga mengontrol pikiran dan tubuh saya. Saya selalu berusaha memikirkan semua sisi positif dari kondisi buruk saya. Hasil menyenangkan apa yang akan terjadi nantinya dengan terjadinya kondisi “buruk” ini. Lalu saya tetap fokus dan berusaha meyakini pikiran positif tersebut. Walau tanpa sadar seringkali saya mulai berpikir negatif, saya langsung menganti lagi dengan pikiran-pikiran positif kembali.

Sebagai catatan tambahan, Zig Ziglar seorang motivator kenamaan dalam bukunya yang berjudul “Better Than Good” menjelaskan bahwa ketika kita ingin hidup kita dan perasaan kita menjadi baik, maka kita harus menyakini kondisi kita selalu luar biasa. Disarankan ketika kita ditanya kabar oleh orang lain, selalu lah menjawab  dengan jawaban :I’m better than good (atau saya luar biasa). Karena kita semakin sering kita menjawab demikian, maka semakin percaya kita dengan jawaban tersebut. Hasilnya tubuh dan emosi kita akan berespon layaknya kita memang dalam kondisi luar biasa.


Teman-teman sudah mengetahui yang saya lakukan dengan pikiran saya. Lalu untuk mengubah kondisi tubuh saya, seringkali saya mulai dengan berolahraga, terutama olahraga yang menyenangkan. Ini juga salah satu sebab mengapa olahraga mampu mengubah mood kita. Namun cara yang paling simple untuk merubah kondisi tubuh kita adalah tersenyum. Cara ini paling mudah dan paling sulit. Paling mudah karena untuk tersenyum, teman-teman hanya perlu menggerakkan otot muka bagian bibir, mata, dan sekitar. Paling sulit karena biasanya ketika kita tersenyum secara paksa, kita akan merasa menipu diri sendiri.

Namun walau demikian, tetaplah tersenyum karena dengan sebuah senyum kecil, pesan yang disampaikan ke otak kita sangat besar. Tersenyum akan menyampaikan pesan ke otak bahwa kita sedang gembira, senang, puas, dan perlahan-lahan pesan ini akan diteruskan otak secara “sembunyi-sembunyi” ke bagian emosi kita. Sehingga emosi kita perlahan-lahan akan menjadi baik juga.


Oleh karena itu saya selalu berpegang pada kata-kata yang tertera pada poster di bawah ini. Ini adalah kata-kata yang saya buat sendiri dan saya selalu katakan berulang-ulang saat saat saya sedang merasa down.

Teman-teman, membaca tulisan ini mudah. Tapi melaksanakan teori ini butuh latihan dan keteguhan hati. Saya berusaha melakukan ini dan terus berlatih sejak saya kuliah di Psikologi. Sampai saat ini saya masih terus berlatih. Teman-teman, teruslah berlatih dan teruslah berlatih, karena saya yakin teman-teman akan merasakan manfaatnya juga. Teruslah tersenyum walau kita merasa itu palsu, karena perlahan-lahan senyum itu akan menjadi senyum teman-teman yang sesungguhnya.

Hidup memang tidak selalu indah, karena seringkali hidup dirudung oleh awan gelap dan hujan besar. Namun tanpa melalui awan hitam dan hujan badai, kita tidak akan bertemu pelangi. Oleh karena itu berbahagialah teman-teman yang saat ini sedang dirudung awan gelap dan hujan badai, karena sebentar lagi teman-teman akan melihat pelangi terindah dalam hidup teman-teman.

Semoga hidup teman-teman selalu di lingkupi oleh awan keceriaan dan kebahagiaan.

See you around,

LYSA

Mar 26, 2011

Pasti

Luka itu pasti sembuh.
Entah kapan.
Ia hanya akan sekedar mampir. Tak tinggal.

Luka itu pasti mengering.
Entah bagaimana.
Ia hadir untuk menguatkan. Bukan membunuh.

Luka itu pasti proses.
Yang telah kupilih.
Di puncak kewarasan.

Jakarta, 26 Maret 2011

Mar 25, 2011

Pagi di Suatu Saat

Kepada surga,

Pagi di suatu saat dalam hidupku, aku membuka mata dan kulihat dia ada di sana.

Di pagi-pagi tertentu kupikir dia terlihat seperti setengah hidup,

Di pagi yang lain, kulihat berkas-berkas harapan di matanya, tak pernah kurang dari yang dulu selalu kulihat.

Pagi di suatu saat dalam hidupku, aku membuka mata dan kulihat dia ada di sana.

Sekilas aku jadi bertanya-tanya, mungkinkah ia pernah berharap tak pernah lagi membuka mata?

Mungkinkah ia pernah merasa, dirinya hanya sekedar sampah tua?

Pagi di suatu saat dalam hidupku, aku membuka mata dan kulihat dia ada di sana.

Di pagi itu, wajahnya tampak memohon pertolongan. Sepertinya hidup baginya hanya sekedar bayangan masa lalu.

Di pagi yang lain, wajahnya bercahaya. Matanya terang seolah berkata ia bangga akan keberadaanku.

Pagi di suatu saat dalam hidupku, aku membuka mata dan kulihat dia ada di sana.

Pagi itu, sepertinya ia menyerah.

Tapi kuharap, di pagi yang lain ia akan tampak seperti seorang pejuang.

Lalu, pagi lagi.

Dan pagi lagi, dan lagi, dan lagi.

Lalu, kupikir akan ada pagi untuk selamanya. Esok, lusa, tiga hari lagi, selalu akan ada pagi.

Pagi di suatu saat dalam hidupku, aku membuka mata dan aku tidak melihatnya.

Kucari, kucari, aku berlari dan mencari.

Hilang. Begitu saja perginya.

Lalu, aku berpikir. Masih ada pagi. Tapi dia tak lagi di sana.

Aneh. Bukankah dia dan pagi selalu berpasangan?

Bukankah kalau kubuka mata, artinya pagi sudah datang, dan aku akan menemukannya lagi?

Aneh.

Kalau pasangannya tak ada, apa pagi akan tetap kusebut pagi?

Lalu, kupikir tak ada yang peduli.

Bagi mereka, pagi akan tetap pagi.

Dia juga akan tetap dia.

Bagiku, pagiku tak lagi sama.

Kepada surga,

Jika kau menemukannya di sana,

Tolong pastikan dia selalu ada bersama pagi.

Sungguh!

Tidak sulit memahami cinta.
Dan tahu kapan harus merelakan.
Sungguh.
Ketika ia mulai melahapmu sepenuhnya,
Maka hentikan. Sungguh.

Tidak sulit mematahkan harap.
Dan tahu kapan harus kembali.
Sungguh.
Ketika ia kehabisan ruang bernafas,
Maka lanjutkan. Sungguh.

Jakarta, 25 Maret 2011

Mar 24, 2011

sunflower.

Aku sedang menjemur pakaian ketika terlibat dalam pembicaraan dengan sahabatku yang kerap menyambangi aku di kala pikiranku kosong..

Dia : Hei.. Wajahmu nampak sedang bahagia.. Boleh aku tahu ada berita baik apa?

Aku tersenyum.

Aku : Kamu ingat bibit yang kutanam di halaman rumah lima bulan yang lalu?

Dia : Tentu saja. Bibit bunga matahari itu kan?

Aku : Betul sekali! Kini ia telah bertumbuh menjadi bunga matahari yang begitu cantik!

Dia : Oh ya? Wah! Aku turut senang mendengarnya..

Aku : Ya.. Walau kadang aku bingung.. Ia terus bergerak mengikuti matahari.. Apa ia tidak lelah? Dan kadang aku takut..

Dia : Takut? Kenapa kamu harus takut?

Aku : Aku takut ia lelah mengikuti arah sinar matahari..

Sahabatku tergelak.
Aku menatapnya keheranan.

Aku : Kenapa kamu tertawa?

Dia : Kamu bodoh. Lagipula memangnya kenapa kalau ia lelah?

Aku mengernyitkan dahi.

Aku : Tentu saja aku takut ia layu.

Sahabatku kembali tertawa terbahak-bahak.

Dia : Hahaha. Apa sih yang kamu perlu takutkan? Ia tidak akan pernah layu hanya karena bergerak mengikuti sinar matahari. Jika kamu menyiraminya dengan penuh cinta, ia akan tetap berdiri disana dan berpijak pada akarnya.. Yang mau aku tanyakan, di balik semua ketakutanmu itu, sudahkah kamu menyiraminya sesuai kebutuhannya?

Aku : Aku.. menyiraminya seminggu sekali setelah ia tumbuh..

Lagi-lagi aku ditertawakan oleh sahabatku.

Dia : Sahabatku sayang, bunga matahari harus disiram setiap hari.. Namun jangan sampai airnya menggenang.. Ada baiknya kamu mengikuti saranku daripada hanya mengeluhkan ketakutanmu yang tidak beralasan itu..

Aku terdiam.
Sahabatku benar.
Aku hanya perlu merawatnya dengan hati.
Aku hanya perlu menyiraminya dengan air.
Tentu tidak boleh berlebihan, atau kekurangan.
Aku hanya perlu membiarkannya bergerak mengikuti matahari seperti kebiasaannya.
Aku hanya perlu menyingkirkan rasa takutku.
Ia tidak akan pernah layu.
Ia akan tetap berpijak disana seperti 151 hari sebelumnya. :)

Mar 17, 2011

Pada waktunya

Aku menyogok Sang Esa dengan janji setia
Merayu malaikat dengan air mata
Memohon sambil menyembah
Tapi suara hati meracau lelah


Biar setiap racun menemukan sendiri penawarnya
Biar setiap luka terbalut oleh udara,
mengering dengan sendirinya

Karena..
Selama air mata masih menetes,
Pelarianku sia-sia
Dan detik penantian kan bertemu hampa

Pada waktunya, aku kan kembali tertawa
Tiba di tujuan tertinggi, walau kaki harus bernanah
Bersama ia, yang akhirnya terbukti bertahan
Menghadapi badai topan,
Gunung indah,
Gelombang pasang,
Dan kematian

Mar 13, 2011

Coming Home

Thousands of souls..

now..are knocking on heaven’s door

Thousands of lights..

now.. are flying to the highest sky


To the mysterious place

we’ve never seen before

To the epic legend

you’ve never heard

To the most beautiful imagination

we’ve never been brave to imagine


And billions of angels

now are smiling..

warmest smile we’ve never seen..

Hugging each soul that come close to their arms

Whispering:

“welcome home, soul”

“welcome to the place where you belong”

*Japan, Tsunami

Mar 11, 2011

Agama Wine

Gambar diambil dari sini

Wine

Cairan merah mengandung alkohol untuk menghangatkan tubuh

Ada yang meminumnya hampir setiap hari, bahkan ketagihan.

Ada yang meminumnya sesekali, terutama di saat gundah gulana melanda.

Ada yang meminumnya sebagai sarana bersosialisasi dengan orang lain.


Aromanya menggoda untuk sebagian besar orang

Untuk orang yang lain, aromanya memuakkan.


Ada yang takut-takut meminumnya,

Ada yang dengan beringas meneguknya sampai tandas.


Ada yang tau cara menikmatinya: menggoyang-goyangkannya dahulu, menyesap aromanya

Kemudian meminumnya seteguk demi seteguk dengan mata terpejam penuh kenikmatan.

Ada yang meminumnya bak sapi gelongongan, hingga kembung dan muak.

Tak lagi menemukan nikmat dan sensasinya.


Setiap jenis wine, punya kekhasannya masing-masing.

Punya cita rasanya masing-masing.

Setiap orang punya preferensi yang berbeda tentang wine apa yang mereka suka.

Salahkah mereka?


Salahkah kalau aku dan kamu punya wine favorit yang berbeda?

Salahkah aku kalau aku bersikukuh wine kesukaanku yang paling enak,

Sedangkan kamu juga bersikukuh,

wine yang paling sering kamu minum adalah yang paling enak.

Ini bukan masalah siapa yang paling benar atau salah.

Sebab ini menyangkut pengalaman pribadi kita dengannya, bukan?


Kadang...

Kita acapkali terlena oleh merk dan bagaimana mendapatkan wine.

Semakin prestise, rasanya semakin bangga...

Bahkan cenderung membuat kita pongah dan arogan.

Semakin lekat,

Semakin ketergantungan dan fanatik.

Merasa tanpa wine, hidup kita tak berarti.


Kita lupa esensi sebenarnya dari wine.

Apakah itu?


Hakikatnya ia untuk menghangatkan diri kita, terutama di malam dingin.

Membuat kita merasa nyaman kembali.

Membuat kita dapat tersenyum di tengah dingin yang menusuk tulang.

Membuat kita saling berbagi hangat, melalui segelas wine...

bersama orang-orang terdekat, bahkan orang asing sekalipun.


Senyuman orang lain yang tubuhnya kembali hangat karena kita berbagi wine,

membuat kita ikut tersenyum hangat.

Membuat kita merasa berarti...

Kebahagiaan itu bukan terletak pada seberapa mahal dan enaknya wine.

Tapi dari ketergerakan kita untuk berbagi...


Wine,

Sarana kita untuk merasakan dan berbagi kehangatan

Berbagi perhatian

Berbagi cinta

Berbagi Hidup...pada sesama...

Di akhir hari, ketika botol wine kian kosong...

Apakah kebahagiaan kita turut menghilang?

...

Rasanya tidak

Sebab wine tersebut telah menjadi sarana ‘tuk hidup bercinta

...

Memanusiakan manusia lain


Mari saling berbagi kehangatan dan cinta

Mar 9, 2011

Akulah Anak Malam

Akulah anak malam

Yang lahir di tengah bangsa siang

Bintang menjadi kekuatanku

Tapi masih saja dipaksa kuberjemur di bawah mentari


Akulah anak malam

Yang berkeluargakan siang

Hari-hari ku begitu malas di mata mereka

Tidur mereka waktu ku beraktifitas


Akulah anak malam

Oksigen malam menjadi pernafasanku

Tapi bangsa itu?

Mereka memaksaku menghirup asap pantat bajaj


Malam-malam ku penuh dengan proses pencipataan

Tepat ketika otak kiri dan kanan dipenuhi gegapan ide

Tetapi..

Sssh… baru saja ibuku masuk ke kamar!

Ia memaksaku tidur tanpa mempedulikan mataku yang calang


Aku ini anak malam

Yang dipaksa mengikuti sistem siang

Bagi mereka siang waktu bekerja,

Malam waktunya beristirahat


Adakah siang diciptakan lebih baik daripada malam?

Adakah matahari lebih baik hati dari bulan?

Adakah angin siang menyegarkan dan angin malam membunuh?

Adakah moral lebih bermakna pada siang daripada malam?


Aku ini anak malam

Lahir ketika bintang dan bulan tengah menyanyikan lagu malam

Lagu yang meninabobokan jagat raya

Dengan senandung rindu akan kedamaian


Aku ini pecinta malam

Tidak terlalu banyak yang bisa kau lihat di dunia ketika malam

Untuk apa pula kau lihat semua?

Toh kau akan banyak memandang kepedihan hidup daripada suka


Aku ini penikmat malam

Saat-saat dimana id-card kantormu tidak terbaca orang

Saat dimana kau melupakan jabatan kepegawaian negerimu

Saat dimana kau tidak bisa membedakan kulit berkomedo dan kulit mulus


Siang dan malam diciptakan bergandengan

Tepat di hari seninnya sang pencipta

Tak pernah ia menyuruhmu hanya menghidupi salah satunya

Dunialah yang ‘menormalkan’ salah satunya


Malam membukakan padamu hakikat manusia

Kebutuhan terpendam yang harus kau tahan di saat siang

Kebutuhan akan kasih sayang, kebertahanan hidup, dan kebebasan berekspresi

Malam menawarkan kamu, kita, saya kemerdekaan

Membuka topeng panas yang harus dipakai saat siang


Dan untuk anak-anak malam

Yang masih saja terkungkung budaya di dalam tembok putih mereka

Jangan padamkan bara malammu,

bakar, nyalakan! Malam terlalu hidup untuk kau tidurkan

Mar 7, 2011

Di Saat Kita Bersama ...

I.

Aku bercerita.
Sepertinya kamu mendengarkan?
Kamu mengangguk dan memberikan sejumlah respon minimum lainnya.

Tapi kedua earphone itu masih nyantol di telingamu, musiknya cukup keras. Aku bisa mendengarnya, sepertinya itu salah satu lagu kesukaanmu. Lagu yang tidak pernah aku mengerti bagaimana cara menikmatinya.


II.

Aku bercerita.
Sepertinya kamu memperhatikan?
Sesekali kamu menatap mataku.

Tapi, mmm, bukannya berusaha menjadi akuntan yang sibuk menghitung "ini lebih banyak dari itu", tapi kenapa sepertinya matamu lebih sering menatap ke layar handphone-mu?

Bukannya berusaha menjadi tukang ngintip, tapi aku penasaran, ada apa sih di sana, yang lebih menarik ketimbang sosok nyata di saat ini, di tempat ini?


III.

Kita duduk bersebelahan.
Aku ingin menggenggam tanganmu.
Tapi, ah!! Sudah ada handphone itu erat dalam genggam-mu!!
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...