Jul 14, 2011

Sepak Bola: Antara Cinta dan Cita-Cita

Andrea Hirata, Novelis Indonesia yang sukses dengan novel Laskar Pelangi-nya, kini menghadirkan Sebelas Patriot sebagai novel ketujuhnya. Sebelas Patriot melukiskan tentang cinta seorang anak, pengorbanan seorang ayah, makna menjadi orang Indonesia, dan kegigihan menggapai mimpi-mimpi.
Sepak Bola dan Perlawanan
Hanung Handoko dalam pengantar bukunya Sepak Bola tanpa Batas menulis demikian “Sepak bola bukan lagi sekedar joga bonito (permainan indah) para aktornya untuk menciptakan gol dan meraih kemenangan. Sepak bola juga tidak lagi sekedar pertandingan 2 x 45 menit (plus extra time dan adu penalti), tetapi sepak bola telah memberi pelajaran terhadap refleksi kemanusiaan kita”. Hal itulah yang menjadi salah satu intisari yang mengemuka dalam karya Andrea Hirata dalam Sebelas Patriot. Sepak bola sebagai salah satu cabang olah raga yang begitu banyak digandrungi masyarakat dunia pernah menjadi simbol kolonial Belanda menegakan superioritasnya di tanah koloni yakni Indonesia secara khusus di tanah Belitong.
“Baginya (Van Holden-Distric beheerder), setiap aspek, termasuk sepak bola, adalah politik dan dia akan menggunakannya untuk satu tujuan yaitu melanggengkan pendudukan Belanda. Lebih dari itu, tim sepak bola gabungan Belanda tak pernah dikalahkan tim mana pun (hlm. 20)”.
“Van Holden (Distric beheerder yang membawahi wilayah ekonomi pulau Bangka dan Belitong) memerintahkan agar hari lahir Ratu Belanda diperingati di tanah jajahan. Orang-orang Melayu dipaksa memeriahkan hari kelahiran ratu dari bangsa yang terang-terangan di siang bolong menindas mereka. Perayaan itu ditandai dengan pertandingan olahraga dalam kompetisi piala Distric beheerder. Orang jajahan bertanding sesama orang jajahan. Tapi tentu saja, sehebat bagaimanapun, orang jajahan tidak boleh menang melawan penjajah (hlm. 11-12)”.
Mereka (orang-orang jajahan) yang “membandel” akan berujung tragis. Belanda membawa mereka ke dalam tangsi dan memperlakukan tidak manusiawi. Atletdan pelatih kita ada yang “dikandangkan”, tidak diizinkan untuk bertanding dan melatih, babak belur, gigi tanggal, tulang remuk, dan diasingkan. Namun, seakan tidak jera sekalipun dimasukan dalam “camp konsentrasi” masih ada yang tetap “membandel”. Hal itu dilakoni 3 bersaudara yang mana satu diantaranya adalah ayahnya Ikal.
Perlawanan terhadap penjajah tidak harus mengangkat senjata. Tapi perlawanan bisa dalam bentuk pertandingan sepak bola. Dan inilah saat dimana “senjata” memakan tuannya sendiri. Belanda yang awalnya mengunakan sepak bola untuk menegakan supremasi di tanah jajahan mereka harus menanggung malu karena sepak bolalah yang mendamprat wajah mereka. Usaha Van Holden untuk membendung kedigdayaan 3 bersaudara dari unit parit tambang dengan membangkucadangkan mereka. Namun, mereka menepis keinginan Van Holder dan membawa kemenangan Indonesia atas Belanda.
“Mereka tak menghiraukan bahaya yang bahkan dapat mengancam jiwa. Mereka tidak dapat menahan diri untuk tidak bermain sepak bola. Karena sepak bola adalah kegembiraan mereka satu-satunya. Lapangan bola adalah medan pertempuran untuk melawan penjajah (hlm. 21).”
PSSI Harga Mati!
Sekalipun PSSI sedang berkecamuk (saat itu) dengan berbagai persoalan yang mungkin samas-sama kita ketahui tapi tidak mempengaruhi Ikal untuk menc
intai PSSI apa adanya. Hal itu tidak terlihat secara terang benderang dalam karya terbarunya ini kalau ia mengkritik atau bahkan mengutuk carut marut yang melanda Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia ini. Tetapi sebaliknya mencintai PSSI dengan keapaadaanya apalagi sampai berpalinghati ke negara lain. Memang, Ikal juga menyukai Real Madrid, tapi rasa sukanya pada salah satu klub Spanyol itu tak bisa menyaingi kecintaannya pada Tim “Garuda”, Indonesia.
Pada posisi ini Andrea Hirata ingin mengajarkan kepada kita untuk mencintai apa yang kita miliki dengan sepenuh hati, meskipun apa yang kita miliki jauh dari kesempurnaan. Ikal juga tidak melarang kita untuk mengkritik asalkan dilandasi rasa cinta bukan kebencian.
Buku yang disertai sekeping kaset compact disc (cd) dengan 3 lagu karangan Ikal di dalamnya layak menjadi bahan bacaan untuk Anda. Selamat membaca.

Foto:www.google.com
kunjungi jg blog gw: http://yanuarimarwanto.wordpress.com/

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...