Bisa dibaca juga di http://okki-sutanto.com
gambar dari Goodreads.com
Penulis: Jeffrey Meshel & Douglas Garr
Tahun terbit: 2005
Jumlah halaman: 256
ISBN: 1591840902
Judul: One Phone Call Away: Secrets of a Master Networker
Ini adalah buku yang saya beli dengan penuh kebetulan. Kebetulan pertama adalah bahwa saya sedang ada di luar kota. Kebetulan kedua adalah saya sedang berada di sebuah pusat perbelanjaan. Kebetulan ketiga adalah saya tidak masuk ke toko buku, malah melihat-lihat buku obralan di depan toko buku tersebut. Berbagai kebetulan tersebut membuat saya menemukan buku ini di depan Gramedia Mal Ekalokasari Bogor dengan harga hanya Rp 10.000 saja.
Awalnya saya berpikir bahwa buku ini hanya akan berisi tentang bagaimana pentingnya memiliki koneksi yang baik dan luas untuk mendapatkan peluang dan profit bisnis. Ternyata tidak. Buku ini bahkan hingga derajat tertentu melawan segala komersialisasi & pengejar profit dari kekuatan koneksi. Mengenal banyak orang hanya untuk mencari keuntungan bisnis adalah perjalanan melelahkan dan tanpa henti. Di buku ini, Jeffrey Meshel yang mendapat julukan "orang yang mengenal semua orang" oleh rekan-rekan bisnisnya, mencoba mengubah paradigma tersebut:
Perluaslah koneksi anda, kenallah banyak orang, bukan untuk mendapat keuntungan, tapi agar anda bisa membantu banyak orang. Kenikmatan yang anda dapat ketika bisa membantu orang sungguh tidak bisa dibandingkan dengan keuntungan-keuntungan bisnis semata.
Hah? Buku tentang bisnis mengapa malah mengajarkan untuk tidak mengejar profit? Hmm.. Tidak sepenuhnya juga sih. Buku ini tidak berusaha menjadikan kita sebagai juruselamat yang wajib membantu semua orang di dunia yang sedang kesusahan. Buku ini membuka paradigma kita bahwa memperluas jaringan perkenalan dengan tujuan tulus akan jauh lebih nikmat daripada hanya mengejar profit.
Semangat Membantu Orang Lain
Jangan bertanya apa keuntungan atau manfaat yang bisa kita dapatkan dari orang lain. Tanyakanlah, "Apa yang bisa saya bantu?"
Melalui beberapa cerita yang semuanya didasari oleh pengalaman penulisnya, buku ini berusaha menjelaskan bahwa ketika kita berusaha membantu orang lain dengan tulus, entah bagaimana caranya suatu kebaikan tersebut akan kembali lagi ke kita. Kebaikan kita akan dibalas entah oleh orang yang pernah kita bantu, entah melalui teman atau keluarga orang yang pernah kita bantu, entah orang lain yang tidak kita kenal sama sekali. Dalam cara yang kadang tidak bisa dijelaskan oleh logika, kebaikan itu akan kembali ke kita seperti karma.
Lagi-lagi, penulisnya juga mengatakan bahwa JANGAN menolong orang dengan berharap kebaikan kita akan dibalas. Kebaikan itu bisa saja dibalas dengan segera, bisa saja berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelahnya, bisa juga tidak sama sekali. Dan yang terakhir biasanya lebih sering terjadi. Hal ini tidak perlu mengecilkan semangat kita dalam membantu orang lain, tetaplah tulus dalam membantu orang. Setidak-tidaknya, rasa nikmat dan kepuasan batin ketika seseorang mengucapkan terima kasih sudah sangat berarti.
Berjejaring Tanpa Batasan Waktu dan Tempat
Di buku ini Jeff juga menceritakan berbagai pengalamannya dalam berkenalan dengan orang-orang baru. Ia meyakinkan pembaca bahwa hal itu bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja, cukup dengan hal-hal sederhana. Dari pesta cocktail, pernikahan kolega, acara amal, reuni sekolah, penerbangan, hingga keanggotaan di sebuah pusat kebugaran adalah waktu dan tempat yang tepat untuk berkenalan dengan orang baru.
Suatu kali, Jeff sedang naik pesawat untuk melakukan perjalanan bisnis, di sampingnya ada seorang wanita karir yang sedang mengerjakan presentasi. Jeff memberikan sedikit masukan pada presentasi wanita karir tersebut. Awalnya, si wanita karir merasa risih dengan perilaku Jeff tersebut. Lama-kelamaan, melihat ketulusan Jeff dan masukannya yang cukup logis, ia pun bisa menerima masukan dari Jeff. Perbincangan pun dimulai. Akhirnya, bertahun-tahun setelahnya mereka malah menjadi sahabat yang sering saling memberi masukan.
Keterkaitan antara Berjejaring, Pemasaran, dan Membangun Citra Personal
Saya cukup setuju dengan salah satu pernyataan Jeff: "
A great networker is a great marketer!". Ada berbagai kesamaan yang perlu dimiliki oleh networker ataupun marketer. Sebagai contoh, pentingnya untuk selalu mengedepankan kenyamanan lawan bicara atau rekan bisnis. Hal ini sangat dibutuhkan baik oleh networker maupun marketer. Networker yang baik juga harus bisa membangun citra personal yang sesuai dengan dirinya.
Ada sebuah cerita dimana Jeff mengenal seorang notaris hebat yang selalu tampil urakan dan tidak formal. Jeff sangat menyayangkan bagaimana notaris tersebut menyembunyikan kehebatannya di balik tampilan yang tidak rapih. Akhirnya Jeff memberi masukan pada notaris tersebut. Awalnya notaris tersebut tidak merasa penampilan adalah suatu hal yang penting. Pada suatu ketika, Jeff membelikan satu stel jas pada notaris tersebut, dengan harapan tulus hanya ingin sang notaris mencoba menggunakannya dan melihat perbedaannya. Hasilnya? Tingkat kepercayaan diri sang notaris meningkat, orang-orang jadi jauh lebih respek pada sang notaris, dan jumlah klien pun meningkat dengan signifikan.
Jeff mengakui, banyak orang merasa penampilan bukanlah aspek penting dan seringkali penampilan rapih serta formal bertentangan dengan idealisme orang tersebut. Namun, bagaimana pun dunia memandang kita dengan seperangkat norma tertentu.
First impression tidaklah dibangun melalui pertimbangan logis-matematis, melainkan lebih ke
instant judgment yang sifatnya afektif dan normatif. Tidak ada salahnya mengikuti bagaimana cara dunia bekerja sampai derajat tertentu, salah satunya melalui penampilan yang sesuai dengan norma yang berlaku.
Manajemen Kontak & Mengembangkan Jaringan
Setelah bercerita bagaimana pentingnya mengenal banyak orang, nikmatnya membantu orang lain, hingga tips praktis berkenalan dengan orang-orang baru, Jeff juga membagikan pengalamannya dalam mengelola database kontak yang kita miliki. Kurang tepat jika kita hanya mengandalkan album kartu nama atau malah hanya mengandalkan ingatan kita. Ada baiknya kita mendokumentasikan dengan sederhana daftar orang-orang yang kita kenal. Cukup dengan membuat kolom nama, nomor telepon, alamat email, lokasi, pekerjaan, dan deskripsi singkat tentang orang tersebut. Banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dengan membuat dan terus memperbarui daftar ini.
Suatu ketika, Jeff ingin melakukan ekspansi bisnis ke Cina. Ia memiliki wawasan, sistem, dan modal yang besar. Namun ia tidak mengenal satu pun pebisnis Cina. Akhirnya ia melakukan pencarian di databasenya, untuk mencari tahu rekan-rekan bisnisnya yang pernah berbisnis dengan pebisnis Cina atau mengenal pejabat Cina yang bisa membantu. Hanya dalam hitungan detik ia berhasil melakukannya. Ia pun langsung menelepon rekan-rekan bisnisnya tersebut untuk dikenalkan ke para pejabat atau pebisnis Cina. Cara tersebut berhasil. Dalam kurun waktu beberapa bulan, perusahaan Jeff memiliki cabang di Cina.
Jeff juga membagikan tips praktis bagi para pebisnis, manajer, dan direksi perusahaan terkait bagaimana mengembangkan jaringan. Salah satu cara yang lazim dipakai di Amerika adalah menggunakan pertemuan kelompok semacam Metropolitan Business Network. Kelompok ini tidak terlalu sering berkegiatan, dalam sebulan cukup sekali. Namun, kelompok ini mempertemukan direksi ataupun CEO dari berbagai perusahaan untuk membicarakan kolaborasi yang mungkin dilakukan di antara mereka. Hasil dari pertemuan-pertemuan semacam ini bisa jadi tidak terduga. Mulai dari membuat acara amal bersama, mengawali perjanjian bisnis bernilai jutaan dolar, hingga kerjasama memulai usaha baru bisa terjadi dari pertemuan-pertemuan kelompok semacam ini.
Sekali lagi Jeff menekankan pentingnya untuk terus mengevaluasi dan mengoptimalkan database yang dimiliki bahkan oleh kelompok semacam ini. Ada baiknya database dikelola secara profesional dan ada administrator 24 jam yang siap memberikan informasi dari database ini. Sebagai contoh, suatu ketika ibu dari seorang CEO perusahaan mengalami stroke hebat. Ia menghubungi administrator database untuk mencari dokter stroke terhebat yang dimiliki database. Administrator lantas mengirimkan pesan singkat ke SELURUH dokter / kepala rumah sakit yang ada di dalam database mengabarkan hal ini. Dalam hitungan menit, beberapa kepala rumah sakit memberikan respon, mereka siap memberikan perawatan terbaik di rumah sakit mereka. Administrator lantas mengabarkan kembali sang CEO. Hasilnya, ibu CEO tersebut terselamatkan dan mendapatkan pelayanan luar biasa. Semua berkat manajemen yang baik akan sebuah database.
Tantangan Aplikasi di Indonesia
Sedikit banyak, saya telah menjalankan apa yang dilakukan oleh Jeff selama saya berkarir di dunia organisasi kemahasiswaan. Saya setuju, penting sekali mengenal dan menjalin hubungan yang baik dengan banyak orang. Di kampus misalnya, saya seringkali mendapatkan banyak kemudahan karena memang mengenal orang-orang yang memiliki posisi kunci mulai dari petugas keamanan, petugas kebersihan, pejabat biro, pemimpin fakultas maupun universitas.
Hal yang saya utarakan di atas bukan dalam konteks nepotisme ya! Saya tetap melakukan prosedur yang sama dengan mahasiswa lainnya, hanya saja sering diprioritaskan karena keramahan mereka juga saya balas dengan keramahan. Makanya saya agak bingung ketika pengurus organisasi tertentu merasa dipersulit oleh Biro Kemahasiswaan misalnya, padahal itu karena mereka sendiri tidak berusaha mengikuti gaya kerja para petugas di Biro Kemahasiswaan. Kadang proposal dan laporan pertanggungjawaban saya ditolak, namun saya tetap menjalin hubungan yang baik dengan para petugas di biro tersebut.
Berurusan dengan salah seorang petugas sekretariat fakultas yang kerap kali disegani mayoritas mahasiswa juga saya bisa santai dan tidak pernah merasa disulitkan. Kuncinya adalah tetap ramah dan berusaha menempatkan diri di posisi orang lain. Ketika petugas sekretariat sedang sibuk dan repot, saya tidak akan memaksakan permintaan saya untuk dituruti. Saya bisa menunggu kesibukan mereka sedikit reda atau membuat janji untuk datang kembali keesokan harinya. Menurut saya wajar sekali petugas sekretariat tersebut menjadi kesal dan tidak ramah terhadap banyak mahasiswa, wong mahasiswanya saja sering "maksa" dan tidak tahu sopan santun. Kalau saya jadi petugas sekretariat tersebut, mungkin sudah saya stapler lidahnya. hehe..
Kembali ke aplikasi buku ini, saya rasa ada tantangan yang membuat aplikasinya di Indonesia menjadi agak sulit. Yang terutama adalah kebiasaan untuk selalu berhati-hati dan curiga pada orang lain, khususnya yang sedang menawarkan bantuan / berbuat baik. Entah kenapa, sebagian dari kita selalu berpikir bahwa semua orang pasti memiliki maksud tersembunyi di balik kebaikan. Tidak ada orang yang tulus. Hal ini pada akhirnya membuat orang kesulitan berbuat baik.
Saya pernah menanyakan pada seorang teman, apa visinya lima tahun dari sekarang, sehingga saya mungkin bisa membantunya mencapai visi tersebut. Ternyata responnya cukup negatif, dimana ia menyuruh saya melihat saja lima tahun dari sekarang ia bisa menjadi apa. Saya mendapat kesan teman saya tersebut takut mimpinya dicontek atau diolok-olok oleh saya. Padahal, saya benar-benar ingin membantu loh! Saya yakin bisa mendayagunakan sumber daya dan kompetensi yang saya miliki untuk membantu teman saya itu, karena saya tahu ia cukup visioner dan mimpinya agak berat jika dijalankan sendirian.
Di lain kesempatan, saya bertanya kepada seorang teman yang mempunyai bisnis kuliner, dimana ia biasanya membeli daging ayam (kebetulan bisnis keluarga saya adalah daging ayam). Dengan terburu-buru ia mengatakan "Oh kita udah punya langganan tetap kok untuk daging ayam". Teman saya tersebut seakan memunculkan kesan tidak ingin saya jadikan target pemasaran dan pengerukan untung dari bisnis keluarga saya. Padahal, saya bisa memberikan berbagai kemudahan pembayaran dan harga yang bisa membantu bisnisnya, justru karena ia adalah teman saya. Sekalipun tidak menjadi mitra bisnis, saya juga tetap ingin melakukan riset pasar tentang apa yang diharapkan oleh restoran dari pedagang daging ayam. Yah, akhirnya saya tidak jadi melakukan hal itu karena sudah terlanjur mendapatkan penolakan.
Begitulah kurang lebih tantangan terbesar aplikasi buku ini di Indonesia. Meski demikian, saya tetap merasa buku ini tepat dibaca oleh siapa pun khususnya para anak muda yang masih belum terpapar akan pentingnya memiliki koneksi yang luas. Jika mereka sudah menyadari hal ini sedari sekarang, saya yakin mereka akan mendapatkan satu keunggulan yang bisa mereka gunakan dalam hidup mereka, entah sebagai pekerja kantoran ataupun wirausahawan. Bagi saya, apa yang diberikan buku ini jauh lebih bermanfaat dibanding ratusan buku motivasi yang meyakinkan pembacanya bahwa kesuksesan hanya ditentukan oleh diri sendiri saja. Sejalan dengan hampir seluruh kisah orang hebat dan besar di dunia, buku ini justru memberi penekanan pada pentingnya mengenal banyak orang. Ya, kesuksesan (baik dalam karir atau kehidupan), tidak semata ditentukan oleh diri sendiri. Kolaborasi, bagaimana pun, jauh lebih penting!
Jakarta, 19 Februari 2012
Okki Sutanto
http://okki-sutanto.com