Apr 21, 2012

Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen


Suatu siang ketika tubuh terasa penat karena beratnya beban di punggung, seorang teman menyapa hangat. Matahari di luar bersinar sangat terik, membuat udara panas seakan menggigit kulit. Sinar remang sebuah restoran menjadi saksi bisu pertemuan kami yang tidak disengaja, ketika akan memenuhi kebutuhan utama manusia. Perut seakan meronta, meminta makanan untuk dicerna. Namun kami masih bertegur sapa. Ketika senyum dan kata hampir habis, ia memanggil sekali lagi dan menyerahkan sebuah buku ke tangan saya.


Banyak cara untuk menulis cerita pendek (cerpen). Banyak juga gaya penulisan dalam cerpen, yang semuanya memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing. Dari keunikan yang berbeda, ada pesan dan kesan khas tertentu pula yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Sebuah buku tentang cara menulis cerpen diberikan kepada saya sekitar dua bulan lalu. Sampul buku tersebut tertulis “Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen”. Buku ini ditulis oleh Jakob Sumardjo, terbitan Pustaka Pelajar.

Dalam buku setebal 235 halaman ini, Jakob Sumardjo berusaha untuk menyampaikan dengan jelas bagaimana seharusnya cerpen ditulis. Untuk pemula, sangat banyak tips yang dapat dipelajari dari buku ini. Jakob Sumardjo menjelaskan hal-hal esensial dalam cerpen dengan jelas, disertai dengan contoh.

Misalnya saja, Jakob Sumardjo menjelaskan mengenai buku penuntun yang dapat digunakan sebagai acuan bagi penulis. Di samping buku acuan, dijabarkan juga beberapa kelemahan umum yang dilakukan oleh para pemula dalam membuat cerpen, seperti pembukaan cerpen, komposisi, bahasa yang digunakan, dan judul.

Buku ini juga menjelaskan bagaimana menyusun cerpen yang menarik, namun tidak bertele-tele. Penggunaan bahasa dalam cerpen yang disarankan juga merupakan bahasa yang dapat membuat pembaca langsung mengerti makna yang dimaksud oleh penulis. Pesan yang ingin disampaikan oleh penulis harus dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Sebagai contoh, paragraf singkat di awal tulisan ini merupakan contoh dari kalimat yang bertele-tele, yang dimaksud oleh Jakob Sumardjo. 

Pesan yang disampaikan oleh penulis buku ini adalah kejernihan pikiran dan ketepatan bahasa dalam menulis sebuah cerpen. Penulis biasanya memulai tulisannya dengan menggebu-gebu, lalu kemudian mengakibatkan tulisannya menjadi tidak bermakna di alinea-alinea berikutnya. Karena inilah Jakob Sumardjo juga menyarankan agar penulis sering berlatih dan melakukan pemanasan menulis sebelum benar-benar memulai suatu tulisan.

Selain tips untuk para penulis cerpen pemula, Jakob Sumardjo juga menyampaikan beberapa catatan mengenai karya sastra. Karya sastra lain yang dibahas adalah novel, novelet, dan roman. Fiksi sastra juga tidak lupa dibahas secara mendalam oleh penulis buku ini.

Singkat kata, buku ini memberikan poin dan tips penting bagi para penulis cerpen, yaitu bahwa untuk menjadi penulis cerpen yang baik, dibutuhkan latihan terus menerus. Tidak ada hal yang instan untuk sebuah karya yang memuaskan. Ditambah lagi, penulis cerpen juga harus terus memperluas wawasan dan pengetahuannya. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak membaca dan belajar dari berbagai sumber. Dengan kata lain, penulis cerpen harus terus memperkaya diri dan berlatih, untuk menghasilkan karya yang luar biasa.




No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...