Seorang muda bertanya pada Pak Tua, “Saya ingin hidup tanpa penderitaan.”
Pak Tua menjawab, “Kalau begitu jangan membuka matamu.”
Anak muda kembali bertanya, “Saya lelah mendengar berbagai masalah hidup.”
Kata Pak Tua, “Kalau begitu, berhentilah mendengar. Iris saja telingamu, dan berikan pada mereka yang ingin mendengar.”
Anak muda mengerutkan keningnya. Namun ia bertanya lagi, “Saya ingin hidup tanpa pernah putus cinta.”
“Kalau begitu, jahit bibirmu dan berhentilah merayu.”
“Pak, anda baru saja menutup seluruh panca indera yang saya miliki.”
“Masih tersisa hidung, tempat Yang Agung menghembuskan nafasnya. Satu-satunya yang tidak layak kau buang.”
“Tapi saya tidak bisa hidup tanpa empat indera yang lain. Saya ingin tetap hidup. Tapi hidup yang menyenangkan.”
Pak Tua menyalakan sebatang rokok. “Kalau begitu, belajar bersyukur. Yang baik selalu datang dengan sisi yang gelap. Terima saja, buka semua panca indera anugerah Yang Agung. Kau bisa mulai dengan berhenti mengeluh. Buka matamu untuk menolong yang menderita. Beri telinga mu untuk mendengar masalah orang lain, bukan hanya masalahmu. Gunakan mulutmu untuk mencinta, jangan mengutuk.”
“Lalu hidung?” Tanya anak muda. “Harus ku apakan dia?”
“Aku lupa, nak. Mungkin kau harus belajar pada hidup dan menemukannya sendiri. Tolong beritahu aku kalau kau sudah mengerti nanti.”
No comments:
Post a Comment