May 3, 2011

Senja

Senja tak berarti mentari yang melangkah ke sisi barat
Atau semburat rona jingga bercampur biru gelap
Senja adalah rambut yang memutih,
Kulit yang berkerut,
Dan siku yang gemetar.

Senja adalah duduk berdua
Menatap mentari yang sama saat pertama jumpa
Saat bibir merah nona begitu menggoda,
Dan paras cantik nona semarakkan pesta.

Senja adalah menyesap susu hangat berkalsium tinggi,
Pengganti wine yang tuan sajikan seperempat abad yang lalu.
Ketika tubuh tuan nan kekar mengenakan jas biru,
Dan suara berat tuan membuat nona merona malu.

Senja adalah memanaskan masakan tadi pagi di dapur
Dengan daster hadiah ulang tahun
Bukan lagi perpaduan gincu dan gaun,
Untuk datang ke restoran bernama harum.

Senja adalah pandangan biji mata abu-abu
Menerawang,
Mengingat tahun-tahun yang lalu
Siklus yang tak berhenti sejak dulu
Kelahiran, pernikahan, kematian
Kesuksesan, kegagalan,
Kebahagiaan, dan nelangsa

Senja adalah menghitung tabungan yang semakin tiris,
Habis untuk mengobati setiap rasa linu di tubuh yang semakin tipis
Dan menabung receh di celengan kendi berhiaskan pita nan manis
Demi memberi hadiah sederhana untuk sang cucu yang senyumnya berkekuatan magis

Senja adalah impian sang nona,
Saat memandang mata tuan
Ketika ia melengkungkan tangan,
merengkuh tubuh berbalut jas,
Dan bergerak bersama,
mengalun dalam irama.

Dan senja adalah..
Imajinasi terdalam tuan
Ketika menghirup aroma tubuh sang nona..
mendekap tubuhnya, berdansa
masa-masa dimana tuan menjadi pangeran di semua pesta dansa

Dan senja adalah kini,
Ketika mereka berjalan bersama di satu sisi
Masing-masing memegang tongkat untuk menopang diri
Melangkah perlahan tapi pasti,
memikul asam garam yang ditawarkan hidup ini
Membawa kenangan yang disimpan di dalam sebuah peti,
diletakkan di bawah kasur lapuk
dan ditutupi selimut usang berbau sirih
Selimut yang tetap terasa hangat,
Ketika dipakai sambil memeluk sang kekasih

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...