Dec 4, 2010

Tidurlah, semoga semua baik-baik saja besok


Semester ini, boleh dibilang adalah semester paling padat, mengerikan, melelahkan, ribet, bikin berantem sana sini, menyebalkan, menguras air mata, keringat, tenaga,dan  uang (nongkrong mulu di Kopi Kepo).
Semester ini boleh dibilang semester dengan perjuangan, yang membuat saya tenggelam dalam dunia tugas, dan sulit mempertahankan hubungan sosial dengan orang-orang di sekitar saya.

Semester ini, di luar dugaan, adalah semester penuh rasa syukur. Semester penuh kejutan, semester yang membuat mata terbuka, ternyata mereka bisa seperti itu.

Semester ini, adalah semester yang tidak akan saya lupakan.
Karena,  banyak pelajaran tentang mereka di semester ini.

Siapa mereka?
Sahabat.

Sahabat, adalah ketika saya menelepon dan meminta hal yang berat darinya, saya memintanya untuk mengcover saya atas tugas yang seharusnya menjadi bagian saya. Ketika saya terlalu frustasi untuk berkata-kata, untuk menyampaikan beban yang ada di hati. Sahabat adalah, ketika ia berkata, "Hei, sudah, tenanglah. Akan kupikirkan caranya." 
Terimakasih.

Sahabat, adalah ketika saya tidak membalas satu pun SMS nya, ia setia mengirim pesan:
           "ayolah. Bagaimana kalau kita tonton Rapunzel?"
Terimakasih.

Sahabat, adalah ketika saya tahu saya harus mengorbankan hal yang penting dan saya putus asa, tahu tidak ada jalan untuk mendapatkan keduanya tanpa mengorbankan salah satu, dan hampir yakin tidak ada yang dapat saya ataupun mereka lakukan untuk memperbaikinya. Tapi sahabat adalah, ketika saya duduk dan berpikir, lalu mereka mengirim pesan:

         "Tenang. Kami berhasil menyelamatkanmu."

Dan ketika saya akhirnya bertanya bagaimana mereka melakukannya, ternyata dengan penuh keberanian dan mempertaruhkan diri mereka sendiri, mereka berbohong. Saya tahu mereka melanggar hati mereka sendiri, saya tahu mereka mempertaruhkan diri mereka sendiri. Tapi itu mereka. Mereka sahabat. 
Terimakasih.

Sahabat, adalah ketika dia memeluk saya ketika saya tidak memintanya. 
Terimakasih.

Sahabat, adalah ketika saya jenuh dan ingin lari. Sahabat adalah, ketika saya kembali, ia berkata, "Kau sudah mengerjakan bagianmu, kalau sudah siap, ayo kita kerjakan bersama lagi. Kalau belum, kami akan menjaga punggungmu."
Terimakasih.

Sahabat, adalah ketika hari akan hujan dan ia tidak akan bisa pulang, namun saya begitu lelah hingga butuh seseorang yang menemani, dan kemudian ia berkata, "Baik. Apa yang mau kau makan hari ini? Ayo cepatlah datang."
Terimakasih.

Sahabat, adalah ketika ia menemani saya menertawakan hal-hal yang tidak perlu ditertawakan. Dan ketika saya bertanya, "apa yang sedang kita tertawakan?" ia menjawab, "entahlah. tertawa saja."
Terimakasih.

Sahabat, adalah ketika saya terdiam, ia datang dan menepuk pundak saya. "Jadi? Ceritakan." Ketika saya bertanya, "Apanya?" Ia mengangkat bahu. "Tidak tahu apanya. Ceritakan saja."
Terimakasih.

Sahabat, adalah ketika semester ini saya menangis keras untuk semua hal yang terjadi begitu beruntun, melelahkan dan membuat saya ingin menyerah, ia mendengarkan saya di telepon bahkan ketika dirinya punya beban yang sama dengan saya, ketika dirinya lelah dan tempat tidur sudah siap dititduri. Sahabat adalah, ketia ia setia  mendengar, dan berkata, "Tidurlah. Semoga semua akan baik-baik saja besok." 
Terimakasih.

Sahabat, adalah mereka.



p.s.
untuk semua yang sedang merasa khawatir, lelah, ingin menyerah di luar sana,
tidurlah teman, semoga semua baik-baik saja besok.
:)

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...