Bibir yang hampir beku ini enggan bersuara
Bergetar nyaris melontar kata,
Tapi tertahan di dada.
Dalamnya dada seperti bola yang diletakkan di tengah lapangan
Menunggu di dalam sesaat yang terasa selamanya.
Antara dorongan ringan canda sang angin,
dan gugup tendangan kuat sang juara.
Seperti sepi bulat yang harus dipecahkan
Tapi tetap inginkan sang sunyi yang senyap
Aku duduk di dalam gelap
Menanti sesuatu di balik jendela
Yang indah itu
Yang manis itu
Yang menggetarkan itu
Dalam hitungan detik ia kan kusambut
Tapi jiwaku terbang
Berharap lama
No comments:
Post a Comment