Satu kerat roti, dan semua usai..
Simpul gelisah yang tak kunjung mengurai
Akan kenangan kerat-kerat yang lalu
Yang tak henti disuap penuh
Satu kerat roti, dan semua usai..
Lelah mengunyah dan perut yang penuh
Setengah jam kedepan kembali lapar
Mampukah kerat terakhir kuhabiskan?
Satu kerat roti, dan semua usai..
Berbagai rasa, tekstur, aroma
Pernah kulahap secara paripurna
Beberapa buatku meminta tambah
Tapi duri di antara potongan Tuna buat kerongkonganku terluka
Satu kerat roti, dan semua usai..
Tapi hati jadi gundah gulana
Haruskah kukunyah secara perlahan?
Atau kuhabiskan secepat singa yang lapar?
Satu kerat roti, dan semua usai..
Roti terakhir belum tentu berarti selesai
Baiknya kunikmati secara tunggal
Agar energi cukup untuk perjuangan kedepan
Satu kerat roti, dan semua usai..
Setelah habis akan diresmikan
Bahwa aku si pelahap semua kerat
Tanpa sisa untuk ditinggalkan
Satu kerat roti, dan semua usai..
Berpacu dengan waktu memang bukan sebuah pilihan
Inilah kepastian dari putusan yang lalu
Saat bibir menyentuh kerat roti terdahulu
Satu kerat roti, dan semua usai..
Berlama-lama toh hanya akan membuatnya rusak
Dihinggapi jamur biru kehijauan
Belum lagi baunya yang memuakkan
Satu kerat lagi..
Dan habis sudah.
Walau pada akhirnya,
Ada ragi untuk dibeli
Ada tepung untuk diuleni
Karena..
Satu kerat roti, dan semua usai..
Aku tak pandai mensugesti diri,
Aku pasti kembali lapar
No comments:
Post a Comment