Orang buta huruf di abad 21 bukanlah orang yang tidak bisa membaca dan menulis,
tapi mereka yang tidak bisa belajar – Alvin Toffle
Seperti biasa, setiap sudut Central Market Kuala Lumpur selalu ramai pengunjung di hari minggu (Ahad). Karena letaknya yang strategis, bekas pusat aktifitas ekonomi Kuala Lumpur yang sekarang menjadi daya tarik wisata ini biasa di jadikan tempat bertemu dan bertukar cerita bagi para tenaga kerja asing di Malaysia, termasuk tenaga kerja asal Indonesia.
Manusia-Manusia Positif
Namun tidak banyak yang menyangka, di lantai dua gedung tua bekas zaman kolonial inggris yang sudah di pugar menjadi restoran Es Teler 77 ini sekarang menjadi tempat nongkrong favorit pekerja-pekerja asal Indonesia. Rata-rata jumlah mereka sekitar 20-30 orang per-minggunya. Jenis pekerjaannya pun bermacam-macam, ada yang kerja di kilang (pabrik), di sektor konstruksi, di sektor jasa, pekerja domestik dan lain-lain.
Belum pukul 11 siang pun mereka sudah berkumpul di depan restoran ini walau hanya untuk ngobrol-ngobrol dan merokok. Menariknya lagi, mereka datang dengan percaya diri, senyum lebar dan semangat yang terlihat menggebu-gebu. Yang sangat pasti mereka bukan mengincar promosi diskon apapun dari restoran makanan Indonesia ini, karena toh kebanyakan dari mereka langsung naik ke lantai dua restoran ini. Walau sesekali melirik dahulu ke penjaga restoran yang kebanyakan berparas ayu.
Kehadiran mereka membuat suasana lantai dua yang biasa hening di hari minggu menjadi penuh canda tawa. Suasana ini terus berlanjut hingga ada yang memimpin untuk membuka sesi. Sesi apa? Sesi belajar bahasa inggris. Iya saya ulangi, SESI BELAJAR BAHASA INGGRIS. Ternyata kehadiran mereka disini adalah untuk memenuhi rasa lapar mereka untuk belajar. Bukan lapar akan es teler. Menarik!
Where do you come from sir? dan PowerPoint!
Sesi diatas bukanlah sebuah sesi spontan yang tanpa arah. Sesi diatas adalah bagian dari serangkaian modul-modul yang sudah di persiapkan oleh tim LKBN Antara bekerja sama dengan KBRI Kuala Lumpur terlebih dahulu. Untuk saat ini, dua kelas yang di adakan hanya mengcakup dasar-dasar bahasa Inggris dan juga dasar-dasar komputer yang di harap bisa membekali pekerja-pekerja Indonesia di luar sana.
Bahasa Inggris yang kerap di gunakan di Malaysia untuk berkomunikasi dianggap sebagai salah satu faktor penting dalam kehidupan sehari-hari dan bekerja di Malaysia dan juga secara global. Kemampuan bahasa satu ini bisa menjadi salah satu daya saing tersendiri dan memberikan rasa percaya diri baru bagi kawan-kawan pekerja di Malaysia. Untuk komputer, komputer dianggap penting karena di era digital ini, teknologi berperan sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari dari berkomunikasi dengan sanak saudara di tanah air, membeli tiket pesawat, mengecek berita, cek nilai tukar uang dan juga sharing seperti membuat blog dan lain-lain.
Modul-modul yang diajarkan saat ini memang masih terlihat sangat basic dan sering dipandang sebelah mata. Namun inilah dasar-dasar kebangkitan sebuah bangsa. Rasa lapar akan pendidikan dan iptek ini tidak mustahil dapat membawa perubahan terhadap kualitas individu pelajar-pelajar ini. Jangan kaget suatu hari nanti, mereka akan menjadi sosok yang percaya diri dan mertabat. Seperti yang selalu dicita-citakan kita semua, termasuk para penebar janji dan pesona di tanah air. Termasuk yang mewakili daerah pilih luar negeri. Opps..
Indonesia Mengajar Versi Mini?
Yang patut disaluti bukan saja ide kegiatan positif ini , bukan juga hanya pemakarsanya, Bapak Aulia Badar, yang percaya bahwa acara nonformal dan santai namun berbobot seperti inilah yang dibutuhkan (bukan yang bentuknya seminar), bukan juga hanya pesertanya yang mempunyai semangat tingkat tinggi, TAPI JUGA tenaga-tenaga pengajarnya yang mana adalah tenaga sukarelawan Indonesia dari berbagai kampus di Malaysia dan juga Indonesia. Siswa siswi Indonesia di Malaysia ternyata juga punya semangat dan dambaan yang kuat, hingga mau meluangkan waktunya di hari minggu siang untuk menjadi pengajar. Menariknya lagi, diantara pelajar Indonesia yang kuliah di malaysia, ada juga beberapa pelajar asal Universitas Indonesia jurusan Sastra Inggris yang sedang dalam program student exchange (pertukaran pelajar), sebut saja dua diantaranya Titis dan Beta.
Apakah program ini adalah mini Indonesia mengajar yang di perkenalkan oleh intelektual muda Indonesia, Bapak Anies Baswedan ? Ya suka-suka saja enaknya bagaimana. Yang pasti gerakan untuk Indonesia terus bergulir, bisa dalam bentuk apapun dan siapapun targetnya.
Yang pasti juga kegiatan seperti ini adalah bentuk gerakan perubahan dari diri sendiri yang nyata sembari terus menekan pemerintah pusat melakukan perubahan yang nyata. Termasuk perubahan untuk kaum pekerja Indonesia di Malaysia, yang selalu di dambakan oleh para Pahlawan Devisa.
Harapan
Harap-harap suatu saat kewirausahawan menjadi program di kegiatan ini. Ilmu kewirausahawan dapat menjadi modal awal untuk para pekerja membuka usaha baru di tanah air sehingga tercipta lapangan pekerjaan yang dapat mengurangi pengangguran dalam negeri sendiri.
Salam,