Apr 26, 2011

Film Tanda Tanya: Seiris Diagram Venn Kemanusiaan


Isu tentang perbedaan agama kembali mencuat di permukaan akibat terjadinya tindakan-tindakan separatis atas nama agama terhadap pemeluk agama lain. Ini bukan suatu hal baru dalam kehidupan bermasyarakat di negara yang pluralis dan majemuk memang. Namun tampaknya friksi-friksi yang selama ini tersublimasi dan terepresi kini meledak-ledak di peristiwa hidup sehari-hari. Menorehkan luka, darah dan pertanyaan.

Memunculkan tanda tanya tentang apa itu berbeda?

Bagaimana hidup dalam keadaan yang berbeda-beda?

Bagaimana orang lain yang berbeda dari kita?

Kenyataan hidup di negara yang penuh keragaman tidak serta merta bisa dipahami secara bijak oleh banyak orang.

Masih banyak orang yang hidup bak kerbau dicucuk hidung atau menggunakan kacamata kuda. Terbiasa dengan pakem-pakem dan dogma tertentu berdasarkan apa yang diyakininya.

Dan pakem yang ia gunakan, dipakainya pula dalam memandang orang lain sehingga ia menuntut orang lain untuk sama seperti dirinya.

Sama VS Beda

Di film Tanda Tanya, perbedaan-perbedaan dalam hidup masing-masing pemeluk agama ditampilkan dengan sinematografi yang apik.

Berbeda, tapi mereka sama-sama memejamkan mata saat berdoa kepada Tuhan.

Atribut-atribut yang mereka gunakan dalam hidup sehari-hari sebagai bagian dari identitas keagamaannya berbeda-beda.

Berbeda, tapi mereka sama-sama manusia yang ingin semakin dekat dengan Tuhan.

Berbagai aktivitas dan pekerjaan dilakoni oleh para tokoh untuk menyambung hidup hari demi hari, agar asap dapur tetap mengepul.

Pekerjaan yang berbeda-beda, tapi mereka sama-sama manusia yang berusaha untuk dapat bertahan hidup.

Beberapa cuplikan hidup berkeluarga juga ditampilkan di dalam film ini dengan pesan yang sama.

Laki-laki, baik sebagai kepala keluarga, suami, ayah, kakak maupun anak yang diandalkan membutuhkan eksistensi dan pengakuan atas usaha serta keberhasilannya. Rapuh dalam keperkasaannya.

Perempuan, baik sebagai pendamping, istri, ibu, maupun anak membutuhkan dukungan dan tempat perlindungan untuk dapat menjalani hari. Tegar dalam kemarginalannya.

Dan ketika melihat seorang pribadi, seorang individu...identitas apakah yang dipakai orang lain untuk mengidentifikasinya?

Apakah agama, suku, jenis kelamin, status sosial atau namanya?

Ternyata lebih mudah mengkategorikan perilaku SATU orang ke dalam SATU KELOMPOK tertentu.

Maka munculah stereotipe dan kebencian terhadap SATU KELOMPOK hanya karena ulah SATU ORANG.

Di sini terlihat inkonsistensi manusia.

Kadang ia menyamaratakan, kadang ia membeda-bedakan. Tergantung kepentingannya.

Lalu, masih pentingkan memperdebatkan perbedaan agama?

Masih bisakah melihat agama sebagai satu-satunya substansi di dalam hidup manusia?

Padahal dalam hidup sehari-hari, agama adalah bagian dari suatu identitas manusia,

Bagian dari peradaban,

Bagian dari sejarah,

Bagian dari sosialisasi.

Suatu irisan dari diagram venn pribadi manusia.

Di mana ada irisan diagram venn lain yang berisi aspek-aspek diri manusia yang pastinya menarik jika kita mau dan mampu mengenalinya lebih jauh.

Kumpulan irisan diagram venn yang membentuk pola dan warna baru, yang pada akhirnya membentuk suatu harmoni. Harmoni warna, yang bahkan tak satu orang pun memiliki pola dan komposisi ‘warna’ yang sama. Karena setiap individu unik adanya.

Ketika mampu melihat harmoni dari aneka irisan diagram venn yang ada di dalam diri manusia...

Masih pentingkah perbedaan itu dipertanyakan?

PS: Agama sebagai salah satu irisan di dalam diagram Venn manusia, selalu bersahabat dengan konteks. Tak bisa dipisahkan atau berdiri sendiri.

Gambar dipinjam dari sini

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...