Nov 26, 2011

Go, (Try to) Fake A Smile!


Fake smile. Senyum palsu.

Katanya senyumku palsu. Benarkah?

Ah, sok tahu dia. Mana mungkin senyumku palsu. Aku tidak pernah tersenyum pura-pura.

Tahu apa dia? Katanya aku sebenarnya menutupi kesedihanku dengan senyum. Lihat, sok tahu sekali, bukan?

Memang apa yang harus aku sedihkan? Aku baik-baik saja. Memang ada beberapa masalah, tapi kan bukan berarti bahwa aku harus sedih. Betul kan?

Ah, baiklah. Aku akui memang hatiku sedang sedih, tapi kan bukan berarti aku harus terus memasang wajah sedih.

Hmm... baiklah. Aku mengaku lagi. Mungkin aku memang tidak sebahagia yang aku tampilkan. Eh, tapi siapa sih yang benar-benar bahagia dan tersenyum senantiasa? Pasti tidak ada.

Ya habis bagaimana, hatiku terluka. Tentu saja aku sedih. Apakah hatimu pernah terluka? Sakit, bukan?

Apa? Kenapa terluka? Kau ingin tahu? Tidak, aku tidak ingin menceritakannya. Itu juga bukan masalahmu kan?

Aku tersenyum, justru karena aku sakit, teman. Tidak tahukah kamu bahwa senyumku ini untuk menutupi sakitku? Aku tersenyum, agar air mata ini tidak menetes...

Apa? Menyedihkan? Memang, menyedihkan. Oleh karena itulah aku tersenyum. Agar sedih ini dapat sedikit lebih baik. Agar sakit ini sedikit bisa kulupakan. Agar dunia tidak tahu betapa sedihnya aku sebenarnya.

Ah, akui saja. Kamu juga merasakan hal yang sama kan? Kamu juga punya rasa sakit yang kau coba untuk dihindari, atau mungkin kau lupakan. Mari, kita tersenyum bersama. Nah, sekarang, bukankah dunia terlihat sedikit lebih menyenangkan?

Lihat, kau pun tersenyum sekarang. Coba rasakan, apakah sakit itu masih sama?



-inspired by facial feedback-

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...