Dec 31, 2010
Gadis Bali Asyik Sendiri
Meniti tiang tinggi berdua-dua
Mengaitkan kain batik disekeliling pingggang lentiknya
Siap menari
Memanggil dewa turun untuk diberi makan
* oleh-oleh painting exhibition: Central Park.
Dec 30, 2010
Dear Indonesia
Desember, 2010
Dear Indonesia,
Apa kabarmu?
Senang rasanya pulang. Rasanya udah lama sekali aku pergi. Aku benar-benar rindu melihat wajahmu yang indah. Aku dengar, tim sepakbola nasional-mu meraih prestasi yang menakjubkan ya? Semua orang jadi terbawa suasana ya, bahkan yang biasanya tidak menonton sepakbola pun, jadi ikut menonton. Lucunya. Aku turut senang.
As usual, aku hanya akan berkunjung selama beberapa bulan. Rencananya, aku mau menemanimu bepergian, sambil melihat dan menikmati keadaan pasca-laga tim nasional-mu. Pasti menyenangkan. Imagine apa saja yang bisa kita lakukan!
Wait for me, okay?
Desember, 2010
Dear Indonesia,
If you’re reading this, artinya aku sudah pergi. Entah kenapa, I knew that I would leave again. Sebenarnya, I really want to stay, but it’s getting hard for me to find a reason to love you. Indonesia, ingat saat kita pertama bertemu? You were strong, passionate, and full of hope. You had a lot of different qualities, tapi semua itu begitu melengkapi kepribadianmu. Together, we accomplished many things. Ingatkah kamu?
Prestasi tim nasional-mu memberi nafas baru bagi hubungan kita. It pains me to see that, dibalik itu, you’ve changed. I miss the old you. I know, ini tidak adil, but I’m going to leave again. I need time to think. Aku butuh waktu untuk mengingat kenapa aku jatuh cinta kepadamu. Suatu waktu, aku pasti akan kembali. Until then, aku harap kamu baik-baik saja, but for now, dear Indonesia.. I’m sorry.
Goodbye,
Nasionalisme
DIAM..
sisanya tergantung hati yang menyatakan.
Ada kalanya logika harus berdiam sejenak,
biarkan mata terpejam dan gugusan hati akan meyatakan ilham yang tak pernah dirasa sebelumnya.
Ahh,,andai malam tak kelam.
Mungkin tak ada istilah kelabu dalam kosakata bahasa.
dan indahnya pelangi akan terus bersinar
menemani dudukku di atas sebuah ilusi yang terdiam
Aku hanyalah korban.
korban dari sebuah waktu yang tak bertuan
korban dari semua alasan yang ditujukan
korban dari diri sendiri yang tersingkirkan
aku hanya ingin diam...
Desember, kutitipkan secarik kenangan ini kepadamu..
Dec 22, 2010
sounds of the broken mind
what I've done, it doesn't mean anything to everyone
they'll banish me - oh how dreary!
in fact, I'm too little to do the big things
I'm too less experiences
I'm too less knowledges
I'm too less everything
could u wait for me?
or maybe the proper question is:
could u wait and help me?
please don't be cruel
me, the glass with one-touched-broken
when I looked through the sky
I realized
how tiny I am.. how dreary life is
how cruel everyone is
how I meant to say those words
but I can do nothing.. I'm a trash
I was used, I was dumped, will be recycled.. ready to use again
maybe you
maybe him
maybe her
I just can't say any single word again
I can't paint or even singing my feeling
I used to painting
I used to make a melody
now.. it is black & white
it is inharmonic
would u bring me to the past I used to be?
no, no..
it was past.. can never be fixed..
would u accompany me to get through the sky?
(a great note by Pingkan Sekar Ayu; saya hanya bantu ngepost disini.. :))
Dec 16, 2010
PLEGDE.
about gravity and the inner cloud.
who ever really want it?
hide me behind your perfect symphony.
write me the sound of another tragedy.
would you ever find me?
kill me for our known enemy.
childhood and the verse of remedy.
how can we forget it?
save me and my burden bees.
fantasies, memories, light and speed.
save me.
love me.
Dec 4, 2010
Tidurlah, semoga semua baik-baik saja besok
Nov 22, 2010
Lima Detik
Andai saat itu aku diberi sedikit waktu.
Cukup sedikit, barang sepuluh detik.
Tidak, bahkan cukup lima detik!
Untuk menjaga kewarasanku, untuk mencegah si sehat pergi dari akalku.
Sayang, lima detik nyatanya terlalu berharga untuk kumiliki saat itu.
Andai aku diberi lima detik, mungkin aku tak perlu mendekam dalam sel terkutuk ini selama lima tahun.
Sel yang busuk luar-dalam, atas-bawah, kiri-kanan.
Dengan kecoa busuk, para tahanan bejat, juga para penjaga lapas bangsat!
Lima tahun sudah aku mengutuki lima detik yang tak pernah kumiliki itu.
Lima detik yang seharusnya kupakai untuk menahan semua hasrat dengki dan letusan kemarahan.
Bukan justru menghabisi Yati dan Dhani, istri beserta sahabatku sendiri, yang tertangkap basah sedang tidur di kamar rumahku.
Pukul 1 siang.
Tak lama setelah jam makan siang, aku melangkahkan kaki keluar dari tempat terkutuk ini.
Udara bebas, katanya. Yang bagiku nyatanya tak sebegitu bebasnya.
Siapa aku, yang telah kehilangan lima tahun terakhir dari dunia ini?
Lembaga pemasyarakatan katanya? Rasanya aku semakin dijauhkan dari masyarakat.
Harta? Habis untuk mengurus pengadilan sialan itu.
Keluarga? Tak ada lagi yang menganggap aku keluarga setelah aib yang menggegerkan kampung itu.
Tak apalah, usiaku masih belum terlalu tua untuk memulai kehidupan baru, di tempat baru.
Setidaknya kali ini aku memiliki ribuan bahkan jutaan detik, yang bisa kugunakan sebaik mungkin.
Karena aku selalu percaya, lima detik saja sebenarnya cukup untuk membuat orang menggunakan akal sehatnya.
Namun rupanya itu tak berlaku bagi semua orang.
Herman, kakak Yati, sudah menungguku tak jauh dari gerbang lapas.
Tanpa basa-basi ia menghujamkan pisau tajamnya ke tubuhku belasan kali.
Bajuku bak kanvas merah dibuatnya.
Melihatku terkapar meregang nyawa, ia lari.
Lima detik ternyata tak cukup untuk Herman menggunakan akal sehatnya.
Bahkan lima tahun! Masih tak cukup.
Di penghujung nafas, aku bersyukur siang itu tidak hujan.
Terkapar meregang nyawa, aku masih bisa melihat biru langit untuk terakhir kalinya.
Tak lama, hanya lima detik.
Sebelum mataku tertutup selamanya.
Hanya lima detik.
Yang akhirnya kumiliki.
Jakarta, 22 November 2010
Okki Sutanto.
Nov 16, 2010
Kalau kamu meninggal 6 bulan kemudian
Kalau kamu meninggal 6 bulan kemudian |
entah tidak percaya..
melangkah gontai..
menyumpahi dengan sumah serapah membawa semua binatang di kebun binatang dan selokan
terduduk menyender di dinding
bertanya siapa kamu berkata demikian?
apakah saya sudah layak mati?
dimana Tuhan?
kenapa saya?
apa salah saya?
bagaimana saya terpilih?
tidak orang lain saja?
yang katanya penjahat, koruptor, maling ayam atau mantan pacarku yang tukang selingkuh itu?
apa dengan demikian saya telah menyelamatkan sahabat saya yang sering bersungut sungut mau mati tiap kali selesai ujian, diputusin pacar, gak punya uang, kena macet dijalan, dimarahi ibunya tiap kali salah memilih pacar?
saya harus apa?
menunggu sampai saat itu tiba..
berusaha untuk tidak mati?
bagaimana kalo saya pasti mati?
iya semua orang pasti mati
pada akhirnya tapi tidak dalam 6 bulan ini
coba diulang kenapa saya pasti mati?
iya kamu tidak akan bertahan lama. kamu mengidap penyakit yang telah mencapai stadium akut.
stadium akut? saya gak pernah ke sana.. sumpah. kalo tempat lain sejenis mungkin :P
ah kamu bisa saja bercanda. kamu mengerti kan maksud saya.
iya
...
...
...
kamu di mana?
iya kamu..
list nomor satu di phonebook ku
no 1 di speed dial ku...
tut.. tut... tut..
No yang anda tuju sedang sibuk cobalah beberapa menit lagi...
The number you dialing is out of our coverage are. Please try again later...
SH**T ...
F**CK...
Miss you...
Love you...
Prak....
Dan cellphone itu pun dilempar..
Pecah berantakan dilantai rumah sakit...
Tertunduk lesu pemiliknya...
Tak satupun orang di sekeliling memperhatikan..
Semuanya diam
Sunyi
Sepi
Mencekap
Dan bulir-bulir air mata bercucuran keluar dari mata yang tertutup pelan..
Sebuah tangisan dari dalam hati
"Kamu gak apa apa kan?"
seorang pria datang menghampiri
dia yang ditunggu-tunggu selama ini..
Nov 11, 2010
Have you meet MEGAMIND yet?
Nov 3, 2010
The Social Network: and 22,138,690 Others Like This
pada musim gugur 2003, mahasiswa Harvard yang berusia 19 tahun Mark Zuckerberg yang dalam keadaan mabuk dan marah karena berselisih dengan pacarnya, membuat suatu situs jejaring sosial baru. apa yang ia mulai di kamar asramanya, dalam waktu sekejap telah menjadi revolusi baru di dunia komunikasi dan jejaring sosial. ketika situs barunya dipakai oleh sekitar satu juta pengguna hanya dalam waktu beberapa bulan, Mark harus menghadapi harga yang mahal yang harus dibayar oleh kesuksesannya.
kenapa mesti Facebook? mungkin pertanyaan ini pernah muncul di pikiran sebagian orang. menurut gue, mungkin karena akhir-akhir ini pengaruh situs jejaring sosial terbesar ini yang paling kuat pengaruhnya sampai ke dunia nyata. coba ingat-ingat, berapa banyak berita yang anda dengar, lihat, atau baca tentang pasangan yang bertengkar gara-gara salah satu pasangan mengganti status Facebooknya menjadi single, atau tiba-tiba me-remove friend, atau ada yang berurusan dengan pihak institusi tertentu dan bahkan kepolisian gara-gara menulis status Facebook yang nyeleneh. itu adalah kisah-kisah yang dialami oleh para pengguna Facebook. nah bagaimana dengan kisah yang dialami oleh si penemu Facebook itu sendiri? seberapa jauh efeknya pada kehidupan nyata seorang Mark Zuckerberg, dan bagaimana dinamika kehidupannya dari titik pertama kali ia mem-publish www.thefacebook.com sampai namanya menjadi hanya www.facebook.com akibat pengaruh dari Sean Parker, seorang penemu Napster (yang, amazingly, diperankan dengan baik oleh Justin Timberlake).
Oct 31, 2010
Untitled
Kata-kata itu terngiang di benakku sepanjang perjalanan ini. Mataku terpana pada pemandangan yang seolah terus berlari dan berlalu dari jendela tempat dudukku di kereta. Ya, sama seperti aku. Aku seolah sedang berlari dari masa lalu.
Aku menghela nafas dan menyenderkan sisi kepalaku pada kaca jendela. Aku merasa sedikit mual dan lelah dengan keadaan ini. Dengan mata yang refleks menutup kelopaknya, aku mulai melukis ulang semua hal-hal yang memaksaku melewati hari ini.
Aku bukan anak yang sempurna, tetapi dituntut untuk sempurna menurut versi ibuku. Betul, ibuku seringkali berkata bahwa tidak apa kurang di beberapa hal. Tetapi, "kurang" menurut versi ibuku. Kekurangan lain yang tidak ibuku miliki tidak boleh terjadi pada diriku, karena itu membuatku tidak sempurna menurut versi ibuku. Dengan kata lain, ibuku menganggap dirinya yang paling benar (benar tentang kebenaran dan benar tentang kekurangan). Dan karena ibuku menganggap dirinya paling benar, aku terkadang merasa ia menjadi takut dengan kata "salah". Aku menangkap beberapa momen di mana aku menunjukkan bahwa ia salah dan ia marah kepadaku dengan menunjukkan kepadaku bahwa itu adalah salahku atau menunjukkan bahwa ia tidak sengaja sehingga itu bukan salahnya. Ia ingin dirinya bersih dari kesalahan.
Bersih. Ya, bersih itu juga menular ke tingkah lakunya. Ia mengharuskan aku seperti dirinya, bersih. Ia selalu mengganti baju atau mandi setelah duduk di ruang keluarga karena ayah sering duduk di sana dengan menggunakan pakaian kantor. Pakaian yang ayah gunakan untuk duduk entah di tempat orang lain yang mungkin berpenyakit, begitu kata ibuku. Ibuku juga selalu mencuci piring dua kali dengan urutan yang sama; dimulai dari piring yang besar, piring kecil, mangkuk, gelas atau cangkir, dan sendok-garpu. Tidak lupa ia membilas keran dengan air setelah proses mencuci selesai. Kebiasaan yang lainnya yang sering dilakukannya adalah membersihkan apapun sebelum disentuhnya, seperti gagang pintu, telepon, dan lain-lain. Dan hal ini tentu juga berlaku padaku. Ibu mengharuskan aku untuk bisa berlaku sepertinya. Baginya, menjaga kebersihan menjadi hal mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
Berbeda dengan ibuku, aku merasa terganggu. Bukannya aku tidak menyukai kebersihan. Tetapi, aku merasa ada yang salah. Sejak awal, bagaimanapun ibu menanamkan versi sempurna dirinya dalam diriku, aku tetap diriku. Aku tidak bisa menjadi ibuku. Dan inilah mengapa aku berlari darinya saat ini. Berlari agar aku bisa memulai keadaan yang aku anggap normal. Aku sudah muak dengan keadaan yang ada.
Angin bertiup dari jendela yang dibuka perlahan secara tiba-tiba. Aku membuka mata dan tampak suamiku tersenyum.
"Sayang, aku mau ke WC dulu ya," ia berkata padaku sambil mendudukkan buah hati kami yang baru berumur 3 tahun di pangkuanku dan berlalu. Aku tersenyum dan memperhatikan peri kecilku dengan tangan kecilnya yang samar-samar berlumur cokelat. Aku tersenyum padanya sambil mengambil Mitu* dari tasku dan membersihkan tangannya. Kemudian aku mengambil Antis** dari tasku juga dan menuangkan beberapa tetes di tangannya dan membantunya mengoleskan di seluruh permukaan tangannya. Dan terakhir, aku menuangkan beberapa tetes di tanganku sambil merasakan sesak di dada.
"Aku benci ibuku!"
Kata-kata itu kembali terngiang di benakku. Mataku kembali tertuju pada pemandangan yang masih terus berlari dan berlalu dari jendela tempat dudukku di kereta. Ya, sama seperti aku. Aku hanya seolah sedang berlari dari masa lalu.
-----------------------------------
*Merk tissue basah.
**Merk cairan pembersih tangan
-Jessica Farolan-
Oct 24, 2010
Silent Reflection
Oct 23, 2010
Belajar Dari Hewan
LYSA (Let Your Spirit Arise)