Oct 22, 2010

Love Is Like Writing A Story

Ada banyak metafora untuk cinta. Gue pernah mendengar bahwa cinta itu seperti mencari jarum di dalam tumpukan jerami, cinta itu seperti permen karet, cinta itu seperti biola, cinta itu seperti menunggu bus, cinta itu seperti oksigen, dan lain sebagainya (perumpamaan-perumpamaan ini beneran ada – di google saja! ;p).

Untuk menambah daftar metafora tersebut, gue ingin membuat satu perumpamaan sendiri. Menurut gue, cinta itu seperti menulis cerita (mungkin Anda bisa menebak dari judulnya. Haha xp). Perumpamaan ini memang bukan yang paling orisinal. Perumpamaan ini mungkin adalah salah satu perumpamaan ter-klise yang pernah Anda dengar. Tapi, menurut gue cinta itu memang seperti menulis cerita.

Jatuh cinta itu seperti membeli buku tulis dan alat tulis, kemudian memutuskan untuk mulai menulis cerita. Anda memilih buku dan alat tulis apa yang Anda pakai, persis seperti Anda memilih calon pacar atau pasangan hidup. Anda punya kriteria tersendiri. Kemudian, Anda mulai menulis cerita menggunakan buku dan alat tulis yang sudah pilih. Anda memutuskan untuk berkomitmen dan menjalin hubungan dengan pilihan Anda. Perumpamaan ini tentunya bisa diaplikasikan ke berbagai situasi. Bisa saja Anda yang dengan aktif mencari buku tulis dan alat tulis. Bisa juga Anda dihadiahkan atau dipinjamkan alat tulis oleh teman Anda. Atau, bisa juga Anda diharuskan untuk menggunakan buku tulis dan alat tulis tertentu. Setuju? ;p

Cerita cinta Anda adalah apa yang Anda tuliskan di dalam buku Anda. Anda bisa menulis tentang apa saja. Anda bisa menulis pengalaman yang menyenangkan, pengalaman yang menyedihkan, pengalaman yang menegangkan, pengalaman yang mengharukan, dan sebagainya. Terserah Anda. Tulisan Anda mungkin rapi dan teratur, atau tulisan Anda mungkin berantakan. Semuanya bergantung kepada Anda sebagai penulis. Jika Anda menulis dua cerita sekaligus, mungkin Anda sedang mengencani dua wanita (atau pria, atau satu pria dan satu wanita) pada waktu yang sama.

Ketika Anda bertengkar, mungkin Anda salah tulis. Kesalahan penulisan tersebut mungkin sebatas salah titik, salah koma, atau salah kata, hingga salah kalimat, salah paragraf, atau salah halaman. Untuk memperbaiki kesalahan tersebut, Anda bisa mencoret tulisan yang salah, menghapus tulisan yang salah menggunakan penghapus, menutupi tulisan yang salah menggunakan tip-ex, atau merobek bagian yang salah dari buku Anda. Apa pun yang Anda lakukan, kesalahan tersebut tidak benar-benar hilang. Bekasnya akan tetap ada, sehingga Anda bisa belajar dari kesalahan tersebut. Kemudian, Anda kembali menulis (baca: you move on) ;p

Dari waktu ke waktu, mungkin Anda akan mandek, bosan, atau jenuh. Pada titik ini, Anda bisa memutuskan untuk beristirahat sejenak, kemudian lanjut menulis, atau berhenti menulis. Jika yang terjadi adalah Anda berhenti menulis, gue membayangkan bahwa ada beberapa situasi yang mungkin terjadi:

  1. Anda menyelesaikan penulisan cerita Anda, menutup buku tulis Anda, lalu menyimpannya. Menurut gue, ini menggambarkan putus atau cerai yang baik-baik.
  2. Anda tidak menyelesaikan penulisan cerita Anda, tapi langsung menutup buku tulis Anda. Ini putus atau cerai yang gantung.
  3. Anda memberikan buku Anda kepada orang lain, karena orang bilang, kalau sayang, Anda akan membiarkan dia pergi.
  4. Anda mulai menulis kembali dari halaman paling belakang. Mungkin ini menggambarkan bahwa Anda berubah orientasi. Jika Anda pria, Anda merasa bahwa pria ternyata lebih baik dari wanita. Jika anda wanita, Anda merasa bahwa wanita ternyata lebih baik dari pria. Keadaan ini tentunya bisa berjalan sebaliknya ;p
  5. Anda membakar buku Anda, karena Anda tidak percaya lagi dengan yang namanya cinta.
  6. Buku Anda diambil oleh orang lain. You know. Hehe xp

Hope you had fun!

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...