Oct 22, 2010

Makan siang yang menyembuhkan luka

Makan siang bersama ayah, membawaku pada ingatan masa kecilku di mana aku acapkali diajaknya makan sepulang sekolah. Di dekat sekolahku atau di kantornya. Hari biasa ataupun akhir pekan. Semuanya terasa istimewa.

Mengapa istimewa?

Istimewa karena ia datang menjemputku dengan baju kerjanya.

Menyeruak dengan tubuh besar di antara orang-orang lain yang juga mau menjemput

Celingak-celinguk mencariku di antara anak-anak sekolah yang berhamburan keluar.

Lalu, wajahnya menjadi cerah dan bersemangat ketika berhasil menemukanku.

Dipeluk lalu digandengnya tanganku.

I am a proud daddy’s girl

Aku berjalan dengan riang dan bangga

Sambil tak sabar menantikan, makanan apa yang akan kami santap bersama.

Kadang tak selalu makanan mewah.

Seringkali makanan yang sama dengan minggu-minggu sebelumnya.

Tapi selalu senang dijemput ayah

Karena ayah meluangkan waktunya untuk menjemputku

Karena dengan baju kerjanya ia datang, sejenak meluangkan waktunya untukku

Rasanya aku begitu berharga

Aku begitu berarti

Aku merasa dicintai.

------------------------------------------------------------------------------------------

Pengalaman ini terasa begitu hidup dan pekat saat ini.

Terbayang dan terasa bagaimana senangnya aku dijemput ayah

Terasa betapa senangnya dibela-bela dijemput ayah di tengah banyaknya pekerjaan kantor

Terasa senang lebih berharga dari tumpukan pekerjaan yang menantinya

Terasa spesial

Terasa hangat dalam naungan cintanya

Merasa aman dalam dekapannya

Cinta ayah, mengajarkanku tentang cinta Allah

Cinta Bapa kepada anaknya

Cinta Allah Bapa kepadaku

Cinta seorang ayah yang selalu antusias menyambut kedatangan anaknya

Cinta seorang ayah yang selalu membuka tangannya agar aku bisa menghambur ke pelukannya

Cinta seorang ayah yang penuh rasa aman,

Seakan tak ada yang perlu dikhawatirkan.

...

Saat ini, belasan tahun setelah masa-masa itu

Penginderaan ini memberikan kesadaran

Tentang suatu pengalaman positif di masa kecilku

Di mana aku bisa berpijak, menjejak

Untuk memperoleh energi untuk pertumbuhkembangan diriku

Energi yang berasal dari cinta

Cinta ayah yang merupakan perpanjangan cinta Allah

Cinta ayah yang menjadi representasi kecil dari kemahacintaan Allah

Yang luas, tak bertepi

Yang saat ini menjangkau bagian diriku yang terluka

Memasukinya, menyinarinya, menghangatkannya

Seperti salep yang dioleskan dengan lembuh dan penuh kasih

Pada luka di kulit.

Luka ini masih perlu berproses, demikian juga aku.

Aku menerima proses ini dan mensyukurinya

Terima kasih, Bapa untuk jamahanmu di saat tak terduga.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...