Rumah pada umumnya terdiri dari berbagai ruang yang dibangun sesuai dengan kebutuhan penghuninya. Ketika kebutuhan-kebutuhan tersebut tercukupi oleh ruang-ruang yang ada, manusia seringkali lupa dengan kebutuhan manusia lain yang hidup bersamanya. Ketika ruang-ruang itu dibuat sebesar dan seluas mungkin sebagai simbol kemapanan, di sudut tak terlihat ada ruang yang semakin rapuh tak terjamah
Ruang itu menganga...
mungkin berusaha tegar
mungkin berusaha bicara
tapi kadang pemilik mengacuhkannya
menganggapnya tak ada
dan akhirnya mati rasa...
Rasa boleh mati
Logika boleh membekukannya
Tubuh boleh mengacuhkan pedihnya
tapi cinta yang menghidupkan
menuntun dalam ketertatihan...
untuk mengembalikan ruang itu pada kesejatiannya
Berinteraksi bersama keluarga di ruang yang terbatas, seperti mobil, meja makan atau restoran mampu menghadirkan oase untuk menyirami kembali cinta di dalam keluarga, untuk memekarkan lagi kuncup-kuncup maupun bunga cinta yang memfasilitasi
pertumbuhkembangan tiap individu di dalam keluarga.
Di dalam keterbatasan tempat maupun waktu,
interaksi satu sama lain dimungkinkan terjadi.
Satu bercerita, yang lain mendengarkan sambil menimpali.
Satu tertawa, yang lain ikut mentertawakan.
Satu bimbang, yang lain memberikan pandangannya masing-masing.
Tanpa disadari tercipta rantai dan konektivitas yang menyatukan keluarga.
Melakoni apa adanya,
menerima apa adanya,
memunculkan kesadaran bahwa keluarga adalah rahmat,
keluarga adalah cinta,
keluarga adalah wadah di mana individu berproses dan berpetualang untuk semakin memahami dan mengenal dirinya sendiri.
Untuk setiap individu yang sedang dan senantiasa berjuang di tengah keluarga,
Salam Perjuangan!
No comments:
Post a Comment