Sep 17, 2010

Yang Melupakan, Yang Terlupakan




The Book of Laughter and Forgetting
Milan Kundera
Faber & Faber, 1996


"The struggle of man against power is the struggle of memory against forgetting." (hal.4)

Buku ini dibuka dengan kisah nyata tentang Clementis, seorang bawahan Klement Gottwald sang pemimpin partai Komunis Cekoslovakia. Pada satu upacara musim dingin, Clementis pernah meminjamkan topi bulunya kepada Gottwald yang kedinginan, kejadian ini terekam di kamera seorang jurnalis yang memotret Gottwald dengan topi Clementis diatas kepalanya. Beberapa tahun kemudian, Clementis dituduh membangkang kepada partai dan dieksekusi. Berkas-berkas dan seluruh bukti mengenai eksistensi Clementis diberangus. Clementis tidak saja dibunuh secara fisik, namun juga dihilangkan dari dunia, dianggap tidak pernah dilahirkan, sosok yang tidak pernah ada. Yang tersisa dari Clementis adalah satu foto Klement Gottwald yang pernah mengenakan topi bulunya. Hanya sebuah topi, namun bagi yang pernah mengingat Clementis: hal itu bisa berarti ribuan bahkan jutaan memori tentang dirinya -- yang kini dianggap tidak pernah hidup bahkan eksis sama sekali.

"The future is only an indifferent void no one cares about, but the past is filled with life..." (hal.30)

Ini adalah tema besar pertama yang diusung The Book of Laughter and Forgetting: memori. Pada satu atau beberapa titik di kehidupan, kita pasti pernah memiliki tendensi dan bahkan keharusan untuk melupakan sesuatu dari memori kita. Menghancurkannya, membuangnya jauh-jauh. Biasanya kesadaran untuk melupakan terbersit dari pengalaman buruk dan menyakitkan yang tidak ingin lagi kita ingat. Milan Kundera mengajak kita memahami pengalaman melupakan dari perspektif yang sangat ambigu dan penuh teka-teki. The Book of Laughter and Forgetting menampilkan tujuh cerita yang mengajak kita melihat bagaimana kata 'lupa' punya efek nyata dalam kehidupan, tidak hanya lupa secara biologis -- seiring bertambahnya usia -- tidak hanya 'kelupaan' yang terjadi tanpa sengaja, tapi juga lupa yang secara sadar dilakukan: melupakan. Bahkan hingga lupa yang menyakitkan, dilupakan dan terlupakan. Di buku ini Kundera juga memperkenalkan konsep 'damnatio memoriae', yakni pelupaan yang dilakukan secara sadar, kolektif dan bersifat memaksa, seperti saat jutaan warga Ceko dipaksa melupakan Clementis setelah bukti-bukti mengenai keberadaan dirinya dihancurkan. Dalam level yang lebih personal, tujuh cerita di buku ini mengusung konsep serupa, seluruh karakter disini secara sadar mengalami proses melupakan, atau secara tidak sadar, dilupakan, baik oleh individu lain ataupun oleh lingkungan sekitarnya.

"For everyone is pained by the thought of disappearing, unheard, unseen, into a different universe..." (hal.147)

Tema besar kedua yang diusung buku ini selain memori dan pelupaan adalah konsep mengenai tawa. Dalam deskripsi Kundera sendiri, tawa sebenarnya adalah sebuah kontinuum, dimana di ujung pertama ada devil's laugh -- tawa kejam, tawa bengis, tawa yang terdengar di atas tawa lain, tawa yang menertawakan -- dan di ujung lainnya adalah angel's laugh: tawa yang merdeka, yang berderai lepas, tawa yang spontan, yang tidak terencana. Tawa lalu menjadi tema yang signifikan setelah dikaitkan dengan konsep memori dan pelupaan, karena sebenarnya itulah yang terjadi setelah kita melupakan, dilupakan atau terlupakan, kita pasti tertawa: entah tawa kemenangan karena berhasil melawan memori yang sangat resilien, ataupun tawa mengejek dan sinis setelah sadar ternyata kita dilupakan.

"Laughter? Do people ever care about laughter? I mean real laughter, beyond joking, mockery, ridicule. Laughter, an immense and delicious sensual pleasure..." (hal. 79)


The Book of Laughter and Forgetting adalah sebuah novel yang sangat filosofis, cerdas dan menguras emosi. Ada empat poin utama yang patut diberi perhatian lebih di buku ini. Pertama, buku ini ditulis dalam gaya semi-fiksi: Kundera melebur imajinasinya dengan setting asli tentang keadaan sosial politik Cekoslovakia dibawah rezim komunis yang berlangsung dari tahun1948 - 1989. Peleburan fakta dan fiksi paling terlihat di cerita ketiga (The Angels) dimana Kundera sendiri yang menjadi karakter utama dan menuliskan secuplik autobiografi ketika ia dalam proses menulis buku ini lalu harus berhadapan dengan ketatnya aturan rezim komunis. Kedua, buku ini memiliki tone yang sangat melankolis dan kelam, hampir semua karakter -- dalam tujuh cerita di buku -- pernah mengalami kejadian pahit yang terekam dalam memori mereka, dan secara sadar berusaha melalui proses pelupaan, atau secara tidak sadar tengah dilupakan. Tone melankolis inilah yang membuat alur buku terasa sangat lambat, namun tetap puitis dan tidak membosankan. Ketiga, Kundera menyelipkan banyak adegan romantis dan seks dalam bukunya, kesemuanya ditulis dengan bahasa yang sangat bebas dan vulgar, sehingga mereka yang tidak terbiasa akan gaya tulisan Kundera mungkin akan merasa sedikit risih dan terganggu. Poin keempat, buku ini adalah terjemahan. Awalnya Kundera menulis buku ini dalam bahasa Ceko di tahun 1976 dan kemudian ia terjemahkan sendiri ke dalam bahasa Prancis pada tahun 1985 sebelum akhirnya diterbitkan secara internasional dalam bahasa Inggris, hal ini mungkin yang menjelaskan kenapa beberapa bagian dalam bukunya terasa 'janggal', proses translasi yang berulang dalam beberapa bahasa tadi nampaknya tidak terasa 'menempel' satu sama lain, sehingga translasi akhirnya terasa kurang nikmat dibaca. Namun di luar itu, kita harus angkat topi kepada penerjemah bahasa Inggrisnya (oleh Aaron Asher tahun 1992), karena mampu mempertahankan gaya menulis Kundera yang sangat simbolik, indah dan puitis.

Secara keseluruhan, The Book of Laughter and Forgetting adalah sebuah karya klasik yang -- tidak seperti judulnya -- sangat pantas untuk dibaca dan diingat.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...